MENGAPA
AJARAN BUDDHA BISA MENJADI AGAMA BESAR DI DUNIA?
Judul Buku: Sang Buddha dan Ajarannya, Dua Pelajaran Buddha Dhamma
Pengarang : Bhikkhu Bodhi
Penerbit : Dharma Prima Niaga
Tahun Terbit : 2019
Tebal Halaman : 56 halaman
Jika kita mencoba
untuk merenungkan bagaimana satu ajaran yang diperkenalkan oleh seorang guru
kepada orang-orang di lingkungannya, lalu seiring berjalannya waktu, ajaran itu
mampu mempengaruhi pola pikir dan pandangan hidup masyarakatnya; maka patut
dipertanyakan guru dengan model seperti apa dan atau ajaran apa yang membuatnya
sukses. Demikian juga jika kita mau mencari tahu kesuksesan agama-agama besar
yang dianut oleh umat manusia selama berabad-abad, kita mesti mempelajari dan
menyelidikinya lebih lanjut.
Demikianlah
satu pendekatan untuk memahami mengapa agama Buddha mampu menjadi satu agama
besar di dunia, telah dicoba untuk dijabarkan oleh Bhikkhu Bodhi dalam booklet
ini. Seperti yang diutarakan oleh pengarang dalam pembukaannya, walaupun sekarang
Buddha Dhamma telah kehilangan banyak penganutnya di dunia Timur, Dhamma tumbuh
subur di dunia Barat dan sedang mencari akar yang kokoh di beberapa negera di
bumi belahan Barat.
Dalam perjalanan
sejarahnya yang panjang, dengan karakternya yang damai, non-dogmatik, dan
toleran, Dhamma begitu mudahnya beradaptasi dengan budaya asli dan praktik
keagamaan yang masih tertanam erat dalam keseharian penduduk lokal. Selanjutnya
berangsur-angsur Dhamma pada gilirannya menghidupi budaya baharu dan menjadi
pandangan dunia.
Orang awam yang
baru mengenal agama Buddha dengan keragaman sekte-sektenya, dibikin bingung jika
mereka mengamati kulit luar agama ini, yang sungguh berbeda satu dengan yang
lain. Dalam esai kali ini, Bhikkhu Bodhi mampu menggambarkan secara ringkas tiga aliran
besar agama Buddha yang ada sekarang ini, yakni Theravada, Mahayana, dan Vajrayana.
Dikatakannya Buddhisme Theravada bersifat seremonial dan ramah, sedangkan Buddhisme
Mahayana ditandai dengan bhakti dan bersifat kontemplatif, serta Buddhisme
Vajrayana penuh dengan ritualisme dan bersifat misterius. Jika kita hanya melihat
kulit luarnya, kita sulit mencari benang merah yang mengikat praktik-praktik
keagamaan diantara sekte-sekte buddhis tersebut. Walaupun demikian, jika ajaran-ajaran
itu digali lebih dalam semuanya sesungguhnya berasal dari sumber yang sama.
Lebih jauh
dikatakan oleh pengarang, daya tarik Dhamma bukanlah semata-mata karena
ajarannya saja atau karena semata ada pada sosok pendirinya. Kisah hidup Buddha
tidak lain suatu rangkaian pelajaran yang membentuk dan membawa kita kepada
butir-butir ajarannya yang esensial. Jadi dalam kehidupan pribadinya, orang dan
pesannya melebur bersama dalam satu kesatuan yang tak-terpisahkan. Refleksi
kehidupan Buddha dijelaskan dengan eloknya dalam buku ini, yang sekaligus
menunjukkan keterampilan pengarang untuk menguraikan dan menyajikannya kepada
para pembacanya.
Pada bagian
selanjutnya pengarang menceritakan misi Sang Buddha, yang di tanah kelahirannya
terbukti memikat banyak pengikutnya. Setelah ditelaah, pengarang yakin bahwa
keberhasilan Buddha Dhamma sejalan dengan seruan masa kini, yang dapat dipahami
secara prinsipil oleh dua faktor. Yang pertama adalah sasaran ajarannya dan
yang kedua adalah fitur-fitur karakteristik ajarannya.
Booklet ini mampu memberikan tambahan wawasan
dan pengetahuan bagi mereka yang telah memiliki pengertian yang memadai tentang
agama Buddha. Bagus sebagai bahan bacaan tambahan bagi para guru agama Buddha,
mahasiswa sekolah tinggi agama Buddha, dan para dharmaduta.
Satu hal yang
patut kami pertanyakan ada pada bagian akhir esai ini. Pengarang menambahkan
dua kisah dalam kehidupan Buddha, yang bercerita tentang Angulimala dan
Kisagotami. Jika melihat alur pembahasan tentang Sang Buddha dan Ajarannya,
penambahan dua kisah ini terasa janggal. Dengan menghilangkan kedua kisah
tersebut, seharusnya anak judul "Dua Pelajaran Buddha Dhamma" pada
judul booklet ini sebetulnya bisa dihilangkan.
resensibuku/sangbuddhadanajarannya-bhikkhubodhi/sdjn/191127
Tidak ada komentar:
Posting Komentar