Rabu, 27 November 2019

MENGAPA AJARAN BUDDHA BISA MENJADI AGAMA BESAR DI DUNIA?

MENGAPA AJARAN BUDDHA BISA MENJADI AGAMA BESAR DI DUNIA?




Judul Buku: Sang Buddha dan Ajarannya, Dua Pelajaran Buddha Dhamma
Pengarang : Bhikkhu Bodhi
Penerbit : Dharma Prima Niaga
Tahun Terbit : 2019
Tebal Halaman : 56 halaman


Jika kita mencoba untuk merenungkan bagaimana satu ajaran yang diperkenalkan oleh seorang guru kepada orang-orang di lingkungannya, lalu seiring berjalannya waktu, ajaran itu mampu mempengaruhi pola pikir dan pandangan hidup masyarakatnya; maka patut dipertanyakan guru dengan model seperti apa dan atau ajaran apa yang membuatnya sukses. Demikian juga jika kita mau mencari tahu kesuksesan agama-agama besar yang dianut oleh umat manusia selama berabad-abad, kita mesti mempelajari dan menyelidikinya lebih lanjut.

Demikianlah satu pendekatan untuk memahami mengapa agama Buddha mampu menjadi satu agama besar di dunia, telah dicoba untuk dijabarkan oleh Bhikkhu Bodhi dalam booklet ini. Seperti yang diutarakan oleh pengarang dalam pembukaannya, walaupun sekarang Buddha Dhamma telah kehilangan banyak penganutnya di dunia Timur, Dhamma tumbuh subur di dunia Barat dan sedang mencari akar yang kokoh di beberapa negera di bumi belahan Barat.

Dalam perjalanan sejarahnya yang panjang, dengan karakternya yang damai, non-dogmatik, dan toleran, Dhamma begitu mudahnya beradaptasi dengan budaya asli dan praktik keagamaan yang masih tertanam erat dalam keseharian penduduk lokal. Selanjutnya berangsur-angsur Dhamma pada gilirannya menghidupi budaya baharu dan menjadi pandangan dunia.

Orang awam yang baru mengenal agama Buddha dengan keragaman sekte-sektenya, dibikin bingung jika mereka mengamati kulit luar agama ini, yang sungguh berbeda satu dengan yang lain. Dalam esai kali ini, Bhikkhu Bodhi mampu menggambarkan secara ringkas tiga aliran besar agama Buddha yang ada sekarang ini, yakni Theravada, Mahayana, dan Vajrayana. Dikatakannya Buddhisme Theravada bersifat seremonial dan ramah, sedangkan Buddhisme Mahayana ditandai dengan bhakti dan bersifat kontemplatif, serta Buddhisme Vajrayana penuh dengan ritualisme dan bersifat misterius. Jika kita hanya melihat kulit luarnya, kita sulit mencari benang merah yang mengikat praktik-praktik keagamaan diantara sekte-sekte buddhis tersebut. Walaupun demikian, jika ajaran-ajaran itu digali lebih dalam semuanya sesungguhnya berasal dari sumber yang sama.

Lebih jauh dikatakan oleh pengarang, daya tarik Dhamma bukanlah semata-mata karena ajarannya saja atau karena semata ada pada sosok pendirinya. Kisah hidup Buddha tidak lain suatu rangkaian pelajaran yang membentuk dan membawa kita kepada butir-butir ajarannya yang esensial. Jadi dalam kehidupan pribadinya, orang dan pesannya melebur bersama dalam satu kesatuan yang tak-terpisahkan. Refleksi kehidupan Buddha dijelaskan dengan eloknya dalam buku ini, yang sekaligus menunjukkan keterampilan pengarang untuk menguraikan dan menyajikannya kepada para pembacanya.

Pada bagian selanjutnya pengarang menceritakan misi Sang Buddha, yang di tanah kelahirannya terbukti memikat banyak pengikutnya. Setelah ditelaah, pengarang yakin bahwa keberhasilan Buddha Dhamma sejalan dengan seruan masa kini, yang dapat dipahami secara prinsipil oleh dua faktor. Yang pertama adalah sasaran ajarannya dan yang kedua adalah fitur-fitur karakteristik ajarannya.

Booklet ini mampu memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi mereka yang telah memiliki pengertian yang memadai tentang agama Buddha. Bagus sebagai bahan bacaan tambahan bagi para guru agama Buddha, mahasiswa sekolah tinggi agama Buddha, dan para dharmaduta.

Satu hal yang patut kami pertanyakan ada pada bagian akhir esai ini. Pengarang menambahkan dua kisah dalam kehidupan Buddha, yang bercerita tentang Angulimala dan Kisagotami. Jika melihat alur pembahasan tentang Sang Buddha dan Ajarannya, penambahan dua kisah ini terasa janggal. Dengan menghilangkan kedua kisah tersebut, seharusnya anak judul "Dua Pelajaran Buddha Dhamma" pada judul booklet ini sebetulnya bisa dihilangkan.


resensibuku/sangbuddhadanajarannya-bhikkhubodhi/sdjn/191127



Tidak ada komentar:

Posting Komentar