Minggu, 24 November 2019

KATEKISMUS BUDDHIS, APA PULA ITU?


KATEKISMUS BUDDHIS, APA PULA ITU?





Judul Buku: Katekismus Buddhis
Pengarang : Henry Steel Olcott
Penerbit : Dharma Prima Niaga
Tahun Terbit : 2019
Tebal Halaman : 200 halaman


Buku ini ditulis menjelang perpindahan abad ke-19 menuju abad ke-20 dengan sasaran pembaca para siswa sekolah Buddhis di Sri Lanka.  Patut diketahui pada masa itu Sri Lanka masih dijajah oleh Inggris. Kondisi penduduk asli Sinhala berada di jurang keterpurukan, karena pelecehan atas ras, warna kulit, budaya, dan agama leluhur mereka. Olcott adalah satu dari beberapa orang Barat yang bersimpati pada perjuangan orang Sinhala dalam memperjuangkan nasib bangsa mereka. Bermula dari kecintaannya pada Teosofi, Olcott terpincut oleh ajaran agama Buddha. Belakangan Olcott juga yang memprakarsai pendirian sekolah-sekolah Buddhis di Sri Lanka. Namanya pun harum di kalangan rakyat di sana dan ia dianggap sebagai pahlawan.

Bicara mengenai Olcott berarti berbicara tentang buku kecilnya "Buddhist Catechism" (diterjemahkan: "Katekismus Buddhis"). Dengan meniru format Katekismus Nasrani, Olcott dengan penuh antusiasme menyusun sebuah buku yang diperuntukkan bagi siswa-siswi sekolah. Untuk mendapatkan otorisasi, Olcott bergantung pada H. Sumangala, seorang bhikkhu kepala dengan bakat penguasaan kitab suci Tipitaka yang luar biasa dan merupakan tokoh yang paling dihormati pada zaman itu di Sri Lanka. Katekismus Buddhis ini diterbitkan dalam beberapa edisi dan beberapa puluh kali pencetakan ulang.

Kita perlu membahas terlebih dahulu apa yang dinamakan katekismus itu. Katekismus adalah satu ringkasan dari suatu ajaran yang diperuntukkan untuk mengajarkan doktrin agama, yang diperuntukkan bagi anak-anak maupun orang dewasa, yang biasanya diajarkan sebelum orang itu dibaptis atau dipermandikan. Katekismus lazim diciptakan dalam konteks pengajaran agama Nasrani. Selama ini dikenal ada Katekismus Katolik, Katekismus Kristen, Katekismus Lutheran, dan sebagainya. Bila dirunut asal usulnya (lihat Catechism, Wikipedia), format katekismus bermula dari mazhab Epikurus di zaman Yunani Kuno.

Katekismus lebih umum disajikan dalam format kumpulan pertanyaan yang kemudian diikuti dengan jawabannya, serta dimaksudkan untuk dihafalkan. Mungkin orang bertanya, katekismus itu mengacu pada budaya Nasrani, jika ada Katekismus Buddhis apa pula itu? Adalah Olcott yang pertama kalinya memperkenalkan bentuk pengajaran agama Buddha dengan metode yang telah diwesternisasikan. Contoh tanya-jawab dalam katekismus:

P : Apa sebutan bagi laki-laki buddhis yang berkeluarga?
J : Seorang Upasaka

P : Sebutkan sekali lagi kapan Pangeran Siddhartha dilahirkan?
J : Enam ratus dua puluh tiga tahun sebelum Masehi.

Katekismus Buddhis terbagi menjadi lima bab, berturut-turut isinya: (1) Riwayat Hidup Sang Buddha, (2) Dharma atau Ajaran, (3) Sangha, (4) Kebangkitan dan Penyebaran Buddha Dharma, serta (5) Buddha Dharma dan Ilmu Pengetahuan.

Pada bab pertama pengarang mulai memperkenalkan bagaimana seorang menjadi buddhis, lalu dilanjutkan dengan dengan riwayat hidup Sang Buddha mulai dari saat kelahirannya sampai waktu kemangkatannya. Bab kedua membahas konsep bodhisattva dan kebudhaan, empat kesunyataan mulia, nirvana, karma, kelahiran-kembali, alam kehidupan, tiga perlindungan, pancasila-buddhis, kitab suci Tipitaka, obyek pemujaan buddhis, serta berbagai kebajikan yang bisa dijalankan oleh perumah-tangga buddhis dalam kehidupan mereka sehari-hari. Selanjutnya dibahas apa yang dimaksud jiwa dan skhandha dalam agama Buddha, sepuluh belenggu, serta hukum sebab dan akibat. Pada bab ketiga diceritakan apa perbedaan rahib buddhis dengan rohaniwan agama lain, sepuluh sila dan 250 sila beserta garis besarnya, pelantikan dan kehidupan seorang samanera, kehidupan seorang bhikkhu, meditasi apa yang dilakukan oleh seorang bhikkhu dalam hidup kebiaraannya,

Pada bab keempat pengarang menceritakan bagaimana Dharma yang lentur, toleran, dan membawa kebahagiaan pada banyak orang menyebar dengan damai ke seantero penjuru India. Semuanya memuncak sekitar tiga abad setelah wafatnya Sang Buddha, yakni ketika seorang kaisar agung yang bernama Ashoka memimpin anak benua India. Selanjutnya dikisahkan bagaimana Dharma menyebar ke Sri Lanka, Afganistan, wilayah Asia Tengah, Mongolia, Tiongkok, Korea, Jepang, dan Asia Tenggara, bahkan pengaruhnya sampai ke Yunani. Pada bab kelima dibahas bagaimana Dharma memiliki semangat yang sama dengan ilmu pengetahuan. Berikutnya diceritakan bagaimana Sang Buddha memiliki sinar tubuh atau aura yang kuat, yang mana aura ini bisa ditemukan pula memancar dari tubuh manusia biasa. Terakhir dibahas bagaimana kekuatan pikiran mampu menciptakan apa yang orang awam menyebutnya sebagai mukjizat,

Pada bagian Apendiks, Olcott memaparkan empat belas butir kesepakatan ajaran agama Buddha antara mazhab Agama Buddha Aliran Utara dengan mazhab Agama Buddha Aliran Selatan, yang merupakan kesepakatan dari para pemuka agama Buddha dari berbagai negara-buddhis zaman itu. Kesepakatan yang dicapai pada tahun 1891 itu sebetulnya merupakan prestasi yang luar biasa jika melihat kondisi perkembangan agama Buddha yang memprihatinkan pada masa itu.

Penulis melihat buku ini bagus dipakai sebagai buku bacaan tambahan untuk mata pelajaran agama Buddha di tingkat SLTP dan SMA/SMK. Juga bisa menjadi referensi tambahan bagi para guru agama Buddha di sekolah umum.

Kekurangan buku ini terletak pada catatan kaki yang terlalu panjang dan bertele-tele dalam menjelaskan pandangan pengarang, misalnya tentang individualitas atau kepribadian dilihat dari sudut pandang Buddhism. Hal mana sebenarnya tidak begitu bermanfaat untuk para pembaca, yang hanya memerlukan penjelasan yang ringkas dan jelas. Juga dimasukkannya istilah Pali untuk menjelaskan satu ajaran tertentu serta penggunaan istilah Sanskerta untuk melengkapi doktrin yang lain dalam satu buku kecil, malahan membuat bingung siswa yang baru mengenal agama Buddha.


resensibuku/katekismusbuddhis-olcott/sdjn/191124


Tidak ada komentar:

Posting Komentar