KATEKISMUS BUDDHIS, APA PULA ITU?
Judul Buku: Katekismus Buddhis
Pengarang : Henry Steel Olcott
Penerbit : Dharma Prima Niaga
Tahun Terbit : 2019
Tebal Halaman : 200 halaman
Buku ini
ditulis menjelang perpindahan abad ke-19 menuju abad ke-20 dengan sasaran
pembaca para siswa sekolah Buddhis di Sri Lanka. Patut diketahui pada masa itu Sri Lanka masih
dijajah oleh Inggris. Kondisi penduduk asli Sinhala berada di jurang
keterpurukan, karena pelecehan atas ras, warna kulit, budaya, dan agama leluhur
mereka. Olcott adalah satu dari beberapa orang Barat yang bersimpati pada
perjuangan orang Sinhala dalam memperjuangkan nasib bangsa mereka. Bermula dari
kecintaannya pada Teosofi, Olcott terpincut oleh ajaran agama Buddha.
Belakangan Olcott juga yang memprakarsai pendirian sekolah-sekolah Buddhis di
Sri Lanka. Namanya pun harum di kalangan rakyat di sana dan ia dianggap sebagai
pahlawan.
Bicara mengenai
Olcott berarti berbicara tentang buku kecilnya "Buddhist Catechism"
(diterjemahkan: "Katekismus Buddhis"). Dengan meniru format
Katekismus Nasrani, Olcott dengan penuh antusiasme menyusun sebuah buku yang
diperuntukkan bagi siswa-siswi sekolah. Untuk mendapatkan otorisasi, Olcott
bergantung pada H. Sumangala, seorang bhikkhu kepala dengan bakat penguasaan
kitab suci Tipitaka yang luar biasa dan merupakan tokoh yang paling dihormati
pada zaman itu di Sri Lanka. Katekismus Buddhis ini diterbitkan dalam beberapa
edisi dan beberapa puluh kali pencetakan ulang.
Kita perlu
membahas terlebih dahulu apa yang dinamakan katekismus itu. Katekismus adalah
satu ringkasan dari suatu ajaran yang diperuntukkan untuk mengajarkan doktrin
agama, yang diperuntukkan bagi anak-anak maupun orang dewasa, yang biasanya
diajarkan sebelum orang itu dibaptis atau dipermandikan. Katekismus lazim
diciptakan dalam konteks pengajaran agama Nasrani. Selama ini dikenal ada
Katekismus Katolik, Katekismus Kristen, Katekismus Lutheran, dan sebagainya.
Bila dirunut asal usulnya (lihat Catechism, Wikipedia), format
katekismus bermula dari mazhab Epikurus di zaman Yunani Kuno.
Katekismus
lebih umum disajikan dalam format kumpulan pertanyaan yang kemudian diikuti
dengan jawabannya, serta dimaksudkan untuk dihafalkan. Mungkin orang bertanya,
katekismus itu mengacu pada budaya Nasrani, jika ada Katekismus Buddhis apa
pula itu? Adalah Olcott yang pertama kalinya memperkenalkan bentuk pengajaran
agama Buddha dengan metode yang telah diwesternisasikan. Contoh tanya-jawab dalam
katekismus:
P : Apa sebutan bagi laki-laki buddhis
yang berkeluarga?
J : Seorang Upasaka
P : Sebutkan sekali lagi kapan Pangeran
Siddhartha dilahirkan?
J : Enam ratus dua puluh tiga tahun
sebelum Masehi.
Katekismus
Buddhis terbagi menjadi lima bab, berturut-turut isinya: (1) Riwayat Hidup Sang
Buddha, (2) Dharma atau Ajaran, (3) Sangha, (4) Kebangkitan dan Penyebaran
Buddha Dharma, serta (5) Buddha Dharma dan Ilmu Pengetahuan.
Pada bab
pertama pengarang mulai memperkenalkan bagaimana seorang menjadi buddhis, lalu
dilanjutkan dengan dengan riwayat hidup Sang Buddha mulai dari saat
kelahirannya sampai waktu kemangkatannya. Bab kedua membahas konsep bodhisattva
dan kebudhaan, empat kesunyataan mulia, nirvana, karma, kelahiran-kembali, alam
kehidupan, tiga perlindungan, pancasila-buddhis, kitab suci Tipitaka, obyek
pemujaan buddhis, serta berbagai kebajikan yang bisa dijalankan oleh perumah-tangga
buddhis dalam kehidupan mereka sehari-hari. Selanjutnya dibahas apa yang
dimaksud jiwa dan skhandha dalam
agama Buddha, sepuluh belenggu, serta hukum sebab dan akibat. Pada bab ketiga
diceritakan apa perbedaan rahib buddhis dengan rohaniwan agama lain, sepuluh
sila dan 250 sila beserta garis besarnya, pelantikan dan kehidupan seorang
samanera, kehidupan seorang bhikkhu, meditasi apa yang dilakukan oleh seorang
bhikkhu dalam hidup kebiaraannya,
Pada bab
keempat pengarang menceritakan bagaimana Dharma yang lentur, toleran, dan
membawa kebahagiaan pada banyak orang menyebar
dengan damai ke seantero penjuru India. Semuanya memuncak sekitar tiga abad
setelah wafatnya Sang Buddha, yakni ketika seorang kaisar agung yang bernama
Ashoka memimpin anak benua India. Selanjutnya dikisahkan bagaimana Dharma
menyebar ke Sri Lanka, Afganistan, wilayah Asia Tengah, Mongolia, Tiongkok,
Korea, Jepang, dan Asia Tenggara, bahkan pengaruhnya sampai ke Yunani. Pada bab
kelima dibahas bagaimana Dharma memiliki semangat yang sama dengan ilmu
pengetahuan. Berikutnya diceritakan bagaimana Sang Buddha memiliki sinar tubuh
atau aura yang kuat, yang mana aura ini bisa ditemukan
pula memancar dari tubuh manusia biasa. Terakhir dibahas bagaimana kekuatan pikiran
mampu menciptakan apa yang orang awam menyebutnya sebagai mukjizat,
Pada bagian
Apendiks, Olcott memaparkan empat belas butir kesepakatan ajaran agama Buddha antara mazhab Agama Buddha Aliran Utara dengan mazhab Agama
Buddha Aliran Selatan, yang merupakan kesepakatan dari para pemuka agama Buddha
dari berbagai negara-buddhis zaman
itu. Kesepakatan yang dicapai pada
tahun 1891 itu sebetulnya merupakan prestasi yang luar biasa jika melihat
kondisi perkembangan agama Buddha yang memprihatinkan pada masa itu.
Penulis melihat
buku ini bagus dipakai sebagai buku bacaan tambahan untuk mata pelajaran agama
Buddha di tingkat SLTP dan SMA/SMK. Juga bisa menjadi referensi tambahan bagi
para guru agama Buddha di sekolah umum.
Kekurangan buku
ini terletak pada catatan kaki yang terlalu panjang dan bertele-tele dalam menjelaskan pandangan pengarang, misalnya tentang
individualitas atau kepribadian dilihat dari sudut pandang Buddhism. Hal mana sebenarnya tidak begitu bermanfaat untuk para pembaca, yang hanya
memerlukan penjelasan yang ringkas dan jelas.
Juga dimasukkannya istilah Pali untuk menjelaskan satu ajaran tertentu serta
penggunaan istilah Sanskerta untuk melengkapi doktrin
yang lain dalam satu buku kecil, malahan membuat bingung siswa yang baru
mengenal agama Buddha.
resensibuku/katekismusbuddhis-olcott/sdjn/191124
Tidak ada komentar:
Posting Komentar