Jumat, 29 November 2019

MEMBEDAH DHAMMAPADA


MEMBEDAH DHAMMAPADA




Judul Buku: Dhammapada Pesan Dari Zaman Kuno Yang Tetap Membumi
Pengarang : Bhikkhu Bodhi
Penerbit : Dharma Prima Niaga
Tahun Terbit : 2019
Tebal Halaman : 44 halaman


Kitab suci Tipitaka yang jika dituangkan dalam bentuk buku akan memuat jumlah halaman yang banyak sekali. Maka ada pikiran dari orang yang berpandangan praktis, bagaimana kalau kita membaca ringkasannya saja. Ringkasan itu ada pada Dhammapada, yang merupakan kumpulan 423 syair yang elok. Tentu saja pendapat ini berlebihan, tetapi seperti yang dikemukakan oleh Bhikkhu Bodhi, pengarang esai ini, terdapat keberagaman ajaran yang sedemikian luasnya di dalam Dhammapada.

Keberagaman ajaran dalam syair-syair Dhammapada yang bernas dan intuitif, menurut pengarang, juga diikuti oleh ketidakkonsistenan yang dapat membingungkan pembaca yang pengertiannya masih dangkal. Misalnya ada banyak syair yang memberikan kiat agar praktik-praktik tertentu dijalankan, yang mampu membawa mereka ke surga. Sementara di syair yang lain, Sang Buddha mencela para siswanya yang mendambakan surga serta sebaliknya memuji mereka yang tidak berselera terhadap surga. Bagi pembaca yang bersangkutan mungkin mereka berpendapat bahwa ajaran Sang Buddha penuh dengan kontradiksi.

Guna mengatasi kesalahan persepsi seperti itu Bhikkhu Bodhi memberikan satu kutipan yang berasal dari kitab Udana: "Seperti samudera luas yang hanya memiliki satu rasa, yakni rasa asin; demikian juga Dhamma dan Vinaya hanya memiliki satu rasa, yakni rasa kebebasan." Jadi meskipun ada keberagaman dalam makna dan perumusannya, ajaran Buddha semuanya cocok bersama-sama membentuk sistem yang koheren sempurna, yakni seluruhnya merupakan satu kesatuan dari sasaran terakhirnya. Sasaran terakhir itu adalah kebebasan atau vimutti.

Untuk memahami bagaimana Dhammapada secara keseluruhan berkontribusi pada sasaran tertingginya, pengarang memberikan satu skematisme yang terdiri dari empat tingkat instruksi. Keempat tingkat instruksi ini terbagi menjadi dua tingkat perintah yang bersifat duniawi. Sedangkan dua tingkat perintah berkaitan dengan transendensi, yang terbagi lagi menjadi tingkat jalan dan tingkat buah.

Tingkat pertama dinamakan "Kebaikan Manusia Sekarang dan Disini", ditujukan pada kebutuhan untuk menetapkan kesejahteraan umat manusia serta kebahagiaan dalam ranah hubungan pribadi yang langsung terlihat. Patut digarisbawahi pengarang mengemukakan kebahagiaan itu diantaranya menghilangkan konflik, yang mana konflik membawa pada penderitaan yang masif pada individu, masyarakat, dan dunia secara keseluruhan.

Tingkat kedua adalah "Kebaikan Dalam Kehidupan-kehidupan Yang Akan Datang". Kebaikan pada tingkat kedua ini serupa dengan kebaikan tingkat pertama, dengan kebahagiaan yang akan menyertainya tidak terbatas di alam kehidupan yang kelihatan, namun jauh ke masa depan yang tak terbayangkan dalam perjalanan lanjutan individu yang bersangkutan mengarungi samsara.

Selanjutnya tingkat yang ketiga tidak lain "Jalan Menuju Kebaikan Akhir", menjelaskan kerangka teori bagi cita-cita untuk menggapai kebebasan akhir. Kebaikan akhir ini berkaitan dengan disiplin praktik yang dapat membawa cita-cita ini pada realisasinya, yakni pelaksanaan Jalan Mulia Beruas Delapan.

Kemudian pada tingkat yang keempat adalah "Sasaran yang Tertinggi" merupakan buah yang akan diperoleh setelah merampungkan tingkat yang ketiga. Tingkat keempat adalah perayaan dan sambutan kegembiraan dari mereka yang telah memperoleh buah sang jalan dan memenangkan sasaran yang terakhir.

Esai dalam booklet ini patut dibaca oleh mereka yang ingin mengkaji lebih jauh pelajaran apa yang bisa kita peroleh dari Dhammapada, dipandang dari kerangka ajaran Sang Buddha secara keseluruhan. Walaupun esai ini tidak mengeksplorasi seluruh ayat-ayat yang terdapat dalam Dhammapada, pembaca yang ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam dapat memulainya dengan memanfaatkan pedoman yang diberikan oleh Bhikkhu Bodhi.


resensibuku/dhammapadapesandarizamankunoyangtetapmembumi-bhikkhubodhi/sdjn/191129


Tidak ada komentar:

Posting Komentar