PARITTA BUKANLAH DOA BUDDHIS
Masyarakat umum
yang menyaksikan upacara agama Buddha di vihara atau cetiya sering menganggap
paritta yang berbahasa Pali sebagai doa buddhis. Jadi kalau umat beragama lain
melantunkan doa-doa selagi mereka beribadat, maka umat Buddha juga dikatakan
sedang berdoa sewaktu mereka melakukan puja bakti. Kebiasaan memanjatkan dan mendengarkan paritta sutta bermula
seiring dengan lahirnya Buddha Dhamma. Adalah hal yang pasti bahwa pengulangan
paritta sutta mampu menghasilkan kesejahteraan mental bagi mereka yang mendengarkannya
dengan kepandaian dan keyakinan terhadap kebenaran kata-kata Sang Buddha. Dengan demikian paritta jelas bukan
doa dalam agama Buddha, yang lewat pembacaannya umat memohon sesuatu kepada
sesosok mahkluk adikuasa. Dalam esai ringkasnya Ven. Piyadasi Thera menjelaskan
berbagai hal mengenai Paritta dalam bukunya Buddhist
Observances and Practises yang terbit pertama kali pada tahun 1970. Booklet ini yang berjudul “Ibadat dan
Kebiasaan Buddhis” telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan
diterbitkan oleh Dharma Prima Niaga pada tahun 2019. Dan sejak tanggal 31
Desember 2019, buku ini secara resmi telah diluncurkan dan dijual di situs
e-dagang (atau e-commerce). Ke depan
buku ini bisa pula diperoleh di beberapa bursa vihara di Indonesia.
Jual Ibadat dan Kebiasaan Buddhis, Piyadassi Thera -
Jakarta Utara - DharmaPrimaJkt | Tokopedia dengan harga Rp12.500
Tidak ada komentar:
Posting Komentar