Rabu, 29 Juni 2022

KONG ZI DAN RUISME



Anda para pembaca dan masyarakat Indonesia pada umumnya pasti mengenal Konghucu. Dia dikenal sebagai tokoh bijak, filsuf, atau nabi dari masa Tiongkok Kuno. Konghucu pun merupakan nama salah satu agama yang diakui di Indonesia. Tetapi siapakah Konghucu itu gerangan? Dalam tulisan perdana tentang Konghucu ini, penulis akan mencoba memperkenalkan tokoh yang dikenal oleh masyarakat dunia sejak ribuan tahun yang lampau.

 

Kǒng Fū Zǐ  atau , maknanya 'Guru Kǒng'; biasa dipanggil Kǒng Zǐ atau (Khóng-chú, Hokkian) atau Confucius (Ingg.), diperkirakan hidup antara  551 - 479 seb.M. Masa itu dalam sejarah Tiongkok diperiodisasi dari tahun 770 hingga 476 seb.M. termasuk era 'Musim Semi dan Musim Gugur', yakni nama sebuah kronik pada Negara Bagian (魯國 atau Lǔ Guó, 722 - 479 seb. M.). Dinasti Zhōu () sendiri adalah dinasti yang paling lama memerintah di Tiongkok, yakni antara 1067 - 221 seb.M., dan setelah itu akan dilanjutkan oleh Qín Shǐ Huáng. Selama periode ini, otoritas Kekaisaran Zhōu atas berbagai negara-bagian yang bercorak feodal semakin terkikis, karena banyak adipati dan marquise yang memperoleh otonomi daerah, dan mereka menentang kuasa kaisar di kotaraja Luò Yì (洛邑), serta mengobarkan perang di antara mereka sendiri.

 

Kǒng Zǐ diperkirakan lahir pada 28 September 551 seb.M. di Zōu atau , sekarang berada di Propinsi Shandong modern. Daerah itu secara langsung dikendalikan oleh Kaisar Zhōu tetapi secara efektif independen di bawah penguasa lokal , yang memerintah dari kota terdekat Qūfù. Ayahnya Kǒng Hé (孔紇) juga dikenal sebagai Shūliáng Hé (叔梁紇, 622 - 548 seb.M.), adalah seorang sarjana dan pejabat militer dari garnisun Lǔ setempat. Nenek moyangnya dapat ditelusuri kembali melalui Adipati Sòng () pada masa Dinasti Shāng (商朝, Shāng Cháo), yakni pendahulu Dinasti Zhōu. Isteri Kǒng Hé, yakni Nyonya Besar Shi, melahirkan sembilan anak dan semuanya perempuan. Di usia lanjut Kǒng Hé mengambil seorang selir dan mendapatkan seorang putera yang diberi nama Kǒng Pí (孔皮). Namun, karena ibu Kǒng Pí adalah seorang selir dan Pí sendiri memiliki cacat di kakinya, dia tidak bisa menjadi penerus ayahnya. Dengan demikian, Kǒng yang berusia lanjut tidak memiliki ahli waris, sampai dia mendekati dan berhasil membujuk Yán Xiāng (顏襄), ayah dari keluarga Yán untuk menikah dengan salah satu puterinya. Akhirnya dia menikahi Yán Zhǐ Zài (顏徵在), sang puteri ketiga dan bungsu. Ketika Shūliáng Hé menikah dengan Yán Zhǐ Zài, dia berusia 70 tahun sementara Yán baru berusia 18 tahun. Lewat perkawinannya dengan puteri bungsu Yán, lahirlah Kǒng Zǐ.

 

Kǒng Zǐ diberi nama Qiū (, yang berarti bukit) karena ibunya sering bersembahyang di Ní Qiūshān (尼丘山) dan dia juga dipanggil Zhòng Ní (仲尼),yang bermakna 'Putera Kedua dari Bukit Ní'. Pada saat Kǒng Qiū berusia tiga tahun ayahnya Kǒng Hé meninggal karena sakit. Setelah kematian ayahnya, Yán Zhǐ Zài diusir oleh Nyonya Besar Shi, jadi dia membawa Kǒng Pí dan Kǒng Zǐ ke Qūfù Quē Lǐ (曲阜) dan di sana mereka hidup dalam kemiskinan. Kǒng Zǐ dididik di sekolah untuk rakyat biasa, tempat dia belajar enam cabang ilmu pengetahuan. Dilihat dari keturunan ayahnya, dalam tatanan masyarakat zaman itu dia masuk dalam golongan Shì (), yakni jenjang antara golongan aristokrat dan rakyat jelata. Di usia enam tahun, Kǒng Zǐ telah menunjukkan kelebihannya; dia senang mengajak dan memimpin kawan-kawannya menirukan orang melakukan ibadah dan sembahyang. Setelah tumbuh menjadi remaja, meskipun Kǒng Zǐ baru berusia lima-belas tahun dia telah memiliki semangat belajar yang luar biasa. Pada saat usianya menginjak enam-belas tahun ibunda Kǒng Zǐ, Yán Zhǐ Zài, meninggal dunia dan dia melakukan perkabungan orang tuanya hingga tiga tahun. Setelah masa berkabung berakhir dan Kǒng Zǐ berusia 19 tahun, dia menikahi Qí Guān Shì (官氏), seorang puteri pejabat Kadipaten Sòng. Dengan demikian dia dapat sering kembali ke kampung halamannya untuk menyembah leluhurnya. Setahun setelah mereka menikah, isterinya melahirkan seorang putera yang diberi nama Kǒng Lǐ (孔鯉).

 

Setelah memiliki putera, Kǒng Qiū sangat peduli dengan peristiwa besar di dunia dan dia sering memikirkan berbagai masalah pemerintahan, serta sering mengungkapkan pendapat pribadinya. Pada usianya yang kedua-puluh, Kǒng Qiū mulai menjabat sebagai komisaris dengan mengelola gudang. Karena kondisi hidup semakin berat dia pun terlibat dalam pekerjaan kasar seperti mengelola ternak. Pada tahun 525 seb. M., dia membuka sebuah sekolah swasta dan mengajarkan siswa-siswanya secara langsung. Nama Kǒng Qiū sudah agak dikenal di usianya yang ketiga-puluh.

 

Tentu Anda bertanya-tanya, seperti apa sosok Kǒng Qiū ini?  Dikatakan oleh orang sezamannya, Kǒng Qiū adalah orang yang sangat baik, penyayang, suka menolong, tulus, dan murah hati. Dia juga dikagumi karena penguasaan ilmu dan kebijaksanaannya. "己所不欲,勿施于人" (Jǐ suǒ bù yù, Wù shī yú rén) atau diindonesiakan, "Jangan lakukan kepada orang lain, apa yang Anda tidak ingin lakukan pada diri Anda sendiri." Kata-kata ini merupakan 'Aturan Emas' dari Kǒng Zǐ. Seperti yang disebutkan di atas Kǒng Qiū adalah orang yang memiliki semangat belajar yang menggebu-gebu. Dia telah membaca dan mempelajari lima Naskah Klasik Tiongkok; dia juga turut bersumbangsih dengan menulis dan menyunting tulisan-tulisan klasik lainnya. Peninggalan Kǒng Zǐ yang banyak mengungkapkan pemikirannya sendiri dapat dibaca dalam kitab Analek atau Lúnyǔ (論語).

 

Kebajikan menurut pemikian Kǒng Zǐ adalah mewujudkan semangat kemanusiaan. Teori ritual Konfusius mewujudkan semangat etiket dan etika, yaitu ketertiban sistem dalam pengertian modern. Prinsip Kǒng Zǐ memiliki kesamaan dengan tradisi dan kepercayaan Tionghoa. Dengan berbakti, ia memperjuangkan kesetiaan keluarga yang kuat, pemujaan leluhur, penghormatan orang tua oleh anak-anak mereka, dan suami oleh isteri mereka; merekomendasikan keluarga sebagai dasar pemerintahan yang ideal. Kemanusiaan adalah tema abadi umat manusia, yang berlaku untuk setiap masyarakat, setiap era, dan setiap pemerintahan, serta melingkupi pula tatanan dan kelembagaan masyarakat. Semuanya adalah persyaratan dasar untuk pembentukan masyarakat umat manusia yang beradab. Semangat kemanusiaan dan ketertiban Kǒng Zǐ ini adalah inti dari pemikiran sosial dan politik Tiongkok Kuno.

 

Pemikiran politik Kǒng Zǐ didasarkan pada pemikiran etisnya. Dia berargumen bahwa pemerintah terbaik adalah yang memerintah melalui 'ritus' atau dan moralitas alami masyarakat, dan bukan dengan menggunakan suap dan paksaan. Dia menjelaskan bahwa ini adalah salah satu analogi yang paling penting: "Jika orang-orang dipimpin oleh hukum, dan keseragaman berusaha diberikan kepada mereka dengan hukuman, mereka akan mencoba untuk menghindari hukuman, tetapi tidak memiliki rasa malu. Jika mereka dipimpin dengan kebajikan, dan berusaha diberikan keseragaman kepada mereka dengan aturan kepatutan, mereka akan memiliki rasa malu, dan terlebih lagi akan menjadi baik." (Analek 2.3. terjm. Legge). 'Rasa malu' ini merupakan proses internalisasi-kewajiban, yang mana hukuman mendahului perbuatan jahat, bukan mengikutinya dalam bentuk undang-undang seperti yang dianut paham Legalisme. 'Rasa malu' ini mirip dengan ajaran Hiri dalam Buddhisme, yakni malu untuk berbuat jahat.

 

Nasib Kǒng Zǐ cukup mencengangkan. Pengetahuan moralnya sangat dihargai oleh orang-orang pada saat itu; ambisinya untuk berguna di dunia tidak pernah dilepaskannya. Setelah semua kegagalannya, Kǒng Zǐ juga tampaknya tidak berkecil hati tentang karir politiknya. Namun, dia tidak pernah ragu untuk mematuhi dan mewarisi apa yang diyakininya. Kǒng Zǐ tidak berhasil dalam menggapai jabatan publik yang mungkin masih diidamkannya, dan bahkan di usia tuanya, dia masih pergi ke mana-mana untuk mengkhotbahkan aturan moralitasnya. Pada usia lima puluh satu, dia mulai melayani masyarakat sebagai pejabat di Negara Bagian , dan pada puncaknya dia mendapat jabatan Dà Sīkòu (大司寇) yakni menteri besar kehakiman yang menjadi atasan semua hakim dan perangkat peradilan, dan berada dalam puncak hirarki untuk urusan hukum di negeri tersebut. Tetapi sayangnya, saat-saat indah itu hanya berumur pendek dan dia tidak dipekerjakan kembali. Dari usia lima puluh empat hingga enam puluh delapan tahun, dia mengembara ke negeri-negeri lainnya selama empat belas tahun lagi. Kemudian, dia kembali ke negara bagian . "Tapi tidak bisa 'menggunakan Kǒng Zǐ pada akhirnya,' karena persyaratan tidak cocok, serta Kǒng Zǐ juga tidak mencari posisi resmi.". (Jika Anda ingin tahu pendapat sejarawan ini, lihatlah lebih jauh pada http://www.xinhuanet.com).

 

Kǒng Zǐ mulai mengajar di tingkat pendidikan tinggi setelah dia berusia 30 tahun, dan dia mendidik lebih dari 3.000 siswa sepanjang hidupnya. Dari jumlah besar itu, sekitar 70 di antaranya dianggap istimewa atau luar biasa. Kǒng Zǐ tidak memungut biaya apa pun, dan hanya meminta hadiah simbolis berupa seikat daging kering dari calon siswa. Menurut muridnya Zigòng (子貢), gurunya memperlakukan murid-muridnya seperti dokter merawat pasien dan tidak menolak siapa pun. Kebanyakan dari mereka berasal dari , negara asal Kǒng Zǐ, sebanyak 43 orang. Dia pun menerima siswa dari seluruh Tiongkok, dan di antara siswa istimewa itu ada enam dari negara bagian Wèi (), tiga dari Qín (), masing-masing dua dari Chén Guó (陳國) dan Qí (), serta satu orang masing-masing dari Cài (), Chǔ (), dan Sòng (). Kǒng Zǐ menganggap latar belakang pribadi murid-muridnya tidak relevan, dan dia menerima mereka yang berasal dari kalangan bangsawan, rakyat jelata, dan bahkan mantan penjahat seperti Gōng Yě Zhǎng (公冶長). Siswa-siswanya dari keluarga kaya akan membayar jumlah yang sepadan dengan kekayaan mereka, yang dianggap sebagai sumbangan ritual. Kelak siswa-siswanya dari komunitas Kǒng Zǐ awal yang dia lahirkan, akan menjadi kekuatan intelektual yang paling berpengaruh pada masa selanjutnya, yaitu pada periode Negara-negara Berperang (475 - 221 seb.M.).

 

Murid favorit Kǒng Zǐ adalah Yán Huí (, kira-kira  521 - 481 seb.M.), kemungkinan besar dia salah satu yang paling miskin dari mereka semua. Di bawah ajaran Kǒng Zǐ, para murid menjadi terpelajar dalam prinsip dan metode pemerintahan. Dia sering terlibat dalam diskusi dan debat dengan murid-muridnya dan sangat mementingkan studi mereka dalam pengetahuan sejarah, puisi, musik, dan ritual. Kǒng Zǐ menganjurkan kesetiaan terhadap prinsip daripada kecerdasan individu, di mana reformasi harus dicapai dengan persuasi, alih-alih dilakukan dengan kekerasan. Meskipun Kǒng Zǐ mencela mereka karena praktik mereka yang terkadang melenceng dari ajarannya, para bangsawan selaku atasan mereka kemungkinan tertarik pada gagasan memiliki pejabat yang dapat dipercaya, yang karena keadaan zaman itu menuntut mereka untuk bertindak demikian.

 

Jika Kǒng Zǐ berhasil mendidik orang-orang hebat yang akan menjadi pengikut dan penerusnya di zaman yang sesudahnya, layakkah ajarannya disebut sebagai agama? Bukankah warisannya hanya menjadi satu pemikiran filsafat dan etika? Kǒng Zǐ sendiri menganggap dirinya sebagai pemancar untuk nilai-nilai periode sebelumnya yang dia klaim telah ditinggalkan pada masanya. Ajaran filosofisnya, yang disebut Ruisme, menekankan moralitas pribadi dan pemerintahan, keharmonisan hubungan sosial, keadilan, kebaikan, dan ketulusan.

 

Apakah itu Ruisme? Jika Anda mencari kata ini dalam mesin-pencari Google, selalu akan dirujuk pada Confusianism (Konfusianisme, Ind.). 儒家主 atau Rújiā Zhǔyì adalah Ruisme; atau 儒教 Rú Jiào, bermakna Agama Rú; 儒家信仰 atau Rújiā Xìnyǎng, berarti Keyakinan Rú. Jadi apa itu Rú? Rú, menurut Xú Zhōngshū (徐中舒) dalam  'Kamus Naskah Tulang Orakel atau 'Oracle Bone Script Dictionary' (甲骨文字典 atau Jiǎgǔwén Zìdiǎn) seperti seorang pria yang memandikan dirinya sendiri. Dalam agama primitif kuno sebelum pemuka agama mengadakan upacara kurban, para rohaniwan harus berpuasa dan mandi untuk menunjukkan kesungguhan mereka. Ini tidak hanya membuktikan argumen Húshì (胡适), bahwa Ruisme pada awalnya dijalankan oleh pendeta Yīn-Shāng (殷商), tetapi juga menemukan bukti bahwa Ruisme berfungsi sebagai agama kuno.

 

Lǐ Zéhòu (,13-Jun-1930 - 2-Nov-2021), seorang filsuf modern, juga percaya bahwa Ruisme berkembang dari kalangan penyihir. Kǒng Zǐ sendiri pernah berkata, "Aku serta Shǐ ( atau sejarah) dan Wū (,atau penyihir) dilukis bersama namun kembali secara terpisah." Tetapi pada saat yang sama, dia juga menunjukkan bahwa dia berbeda dari penyihir yang berspesialisasi dalam berkomunikasi dengan hantu dan dewa, "Saya hanya meminta kebajikan." Dimulai dengan Kǒng Zǐ, konsep "Ruisme" telah berubah, dan secara bertahap telah keluar dari ruang lingkup perdukunan dan ilmu sihir. Kǒng Zǐ adalah pendidik pertama dalam sejarah Tiongkok yang membuka sekolah swasta. Dia dikenal sebagai 'guru dari tiga ribu murid dan tujuh puluh dua orang bijak'. Dia dan murid-muridnya menyebarkan etika, ritual, dan berbagai pengetahuan yang selama itu telah dimonopoli oleh para aristokrat dari zaman kuno selama berabad-abad, dan secara bertahap membentuk sekolah Ruisme. Oleh karena itu, Ruisme telah mewarisi budaya sejarah ilmu sihir sejak zaman Dinasti Shāng, dan mengembangkan tradisi ritual dan musik pada masa Dinasti Zhōu Barat.

 

Setelah berusia 68 tahun Kǒng Zǐ  pulang ke kampung halamannya setelah menyelesaikan pengembaraan panjangnya. Pada tahun 483 seb.M. Kǒng Lǐ, putera semata wayangnya, meninggal dunia. Puteranya ini memang tidak secemerlang ayahnya. Beruntunglah Kǒng Zǐ bahwa putera Kǒng Lǐ yang bernama Kǒng Jí (孔伋) memiliki bakat seperti kakeknya, dan kelak dia berjasa meneruskan dan mengembangkan ajaran Kǒng Zǐ. Dua tahun setelah kematian puteranya, kembali Kǒng Zǐ ditimpa musibah. Yán Huí siswa favoritnya meninggal pada 481 seb.M. pada usia muda (40 tahun); padahal Yán Huí yang berbeda usia 30 tahun dari Kǒng Zǐ, dan dia diharapkan oleh sang guru untuk menjadi penerusnya. Akhirnya pada 479 seb.M. Kǒng Zǐ meninggal pada usia 71 atau 72 tahun karena sebab alami. Dia pun dimakamkan di Pemakaman Kǒng Lín (孔林) yang terletak di tempat bersejarah Qūfù di Propinsi Shandong. Makam asli yang didirikan di sana untuk mengenang Kǒng Zǐ di tepi Sungai Sìshuǐ () berbentuk kapak. Sampai sekarang banyak pengikutnya yang masih melakukan ziarah ke tempat persemayamannya.

 

 

sdjn/dharmaprimapustaka/220629


Tidak ada komentar:

Posting Komentar