Salah satu tokoh sentral dari zaman kuno dalam perjalanan sejarah bangsa
Tionghoa adalah Lǎo Zǐ (老子). Beliau dianggap sebagai salah satu pendiri agama
Tao, dan pula dipandang sebagai pencetus Taoisme filosofis dan religius. Lǎo Zǐ
diucapkan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sebagai 'laʊdzə',
mendekati pengucapan dalam bahasa Mandarin-nya. 'Lǎo Zǐ' sendiri bukanlah nama
orang, melainkan sebuah gelar kehormatan. Karakter 子 atau Zǐ memiliki beberapa arti,
yakni 'anak', 'orang', 'adipati', dan 'tuan'; sedangkan karakter 老 atau Lǎo
bermakna 'tua' atau 'sepuh'. Dengan demikian 'Lǎo Zǐ' bisa diartikan sebagai
'Anak Tua', 'Anak Sepuh', 'Anak Laki-Laki Tua', atau 'Anak Laki-laki Sepuh'.
Bagi orang yang seumur dengan penulis tentu kerap kali kami mendapatkan
dalam teks-teks yang lebih kuno, tokoh kita ini sering ditulis dalam huruf
Latin atau diromanisasi dengan sangat beragam. Contohnya: 'Lao Tzu', 'Lao Tzŭ',
'Lao-tzu', 'Lao Tse', 'Lao-tse', 'Lao Tze', 'Lao-tze', 'Laotze', atau 'Lao
Tsu'. Kemudian hampir sepanjang abad ke-20 romanisasi tulisan mandarin
menggunakan acuan Wade-Giles, yang didasarkan pada dialek Beijing. Penulisan 老子 kemudian menjadi:
'Lao³ Tzŭ³'. Selanjutnya sejak tahun 1950-an di Tiongkok Daratan digunakan
sistem romanisasi hànyǔ pīnyīn (汉语拼音) atau disingkat pīnyīn saja.
Inilah romanisasi tulisan mandarin yang juga dipakai oleh penulis dalam
artikel-artikelnya. Dengan demikian 老子 dituliskan sebagai 'Lǎo Zǐ'.
Seperti yang diuraikan di atas Lǎo Zǐ bukanlah nama diri. Namun, struktur
namanya sama persis dengan filsuf atau pemikir Tiongkok Kuno lainnya seperti Kǒng Zǐ (孔子), Mèng Zǐ (孟子), dan Zhuāng Zǐ (莊子). Pada
tulisan yang lalu, kita sudah mengetahui Kǒng Zǐ atau Confucius
atau di Indonesia lebih populer disebut Kong Hu Cu, adalah pendiri Ruisme atau
Konfusianisme. Mèng Zǐ atau Mencius, sering
dijuluki sebagai 'Sang Bijak Kedua', yakni orang kedua yang paling memahami
ajaran Ruisme setelah Kǒng Zǐ
sendiri. Sedangkan Zhuāng Zǐ
berjasa dengan menulis sebuah karya yang dikenal dengan namanya, Zhuāng Zǐ,
yang merupakan salah satu naskah dasar Taoisme. Dari deretan nama-nama besar
tokoh bijak purba ini, kita bisa menyimpulkan bahwa 'Zǐ' atau 子 di sini
bermakna 'tuan' atau 'guru' (dalam bahasa Inggris terjemahannya adalah master).
Dengan demikian ada Guru Kǒng, Guru Mèng, dan Guru Zhuāng, sebagai tokoh-tokoh
bijak di masa itu. Khusus untuk Lǎo Zǐ sendiri lebih tepat disebut sebagai 'Guru Tua' atau 'Guru Sepuh'.
Jika kita ingin mengetahui riwayat hidup Lǎo Zǐ, catatan-catatan historis
yang tersedia amatlah terbatas. Referensi paling awal untuk sosok Lǎo Zǐ saat
ini ditemukan dalam Catatan Sejarawan Agung yang berasal dari abad ke-1 seb.M.,
yang dikoleksi oleh sejarawan Sīmǎ Qiān (司马迁) berdasarkan catatan kuno sebelumnya.
Lǎo Zǐ hidup pada abad ke-6 atau ke-5 sebelum Masehi. Nama pribadinya adalah Lǐ
Ěr (李耳), dan nama anumertanya adalah Lǎo Dān (老聃). Dia
adalah seorang sarjana dan pejabat pada Kantor Arsip di Istana Kekaisaran Zhōu
(周, kira-kira
1046 - 256 seb.M.). Dengan jabatannya itu Lǐ Ěr bisa bebas membaca
dan mempelajari dengan saksama tulisan-tulisan sejak masa hidup Kaisar Kuning
dan karya klasik lainnya. Melihat perjalanan kariernya, menegaskan bahwa Lǐ Ěr
tidak pernah membuka sekolah formal, namun tetap menarik banyak siswa dan murid
yang setia untuk menuntut ilmu di bawah bimbingannya.
Sīmǎ Qiān melaporkan bahwa Lǐ Ěr lahir di Dusun Qūrén (曲仁里, Qū Rén Lǐ)
di negara bagian selatan Chǔ (楚), atau sekarang di Lù Yì Xiàn, Propinsi Hénán. Dikisahkan
Lǐ Ěr terlahir sebagai seorang putera dari Li Jing (??), seorang dokter dari
Kekaisaran Dinasti Zhōu dan Puan Yìshòu (益壽氏, Yìshòu Shì). Menurut catatan sejarah
tersebut, Lǐ Ěr pernah menikah, dan diceritakan bahwa dia memiliki seorang putera,
yang kelak menjadi tentara terkenal negara Wèi (魏) selama zaman
Negara-negara Berperang (kira-kira 475 - 221 seb.M.).
Bahkan cerita kehidupan pribadi Lǐ Ěr masih berlanjut. Dikisahkan tentang Zong,
sang prajurit, yang mengalahkan musuh dan memenangkan pertempuran. Zong meninggalkan
mayat-mayat tentara musuh di medan pertempuran begitu saja, dan membiarkan
mereka hingga jenazah-jenazah itu nantinya menjadi mangsa bagi burung-burung
nasar. Secara kebetulan Lǐ Ěr, yang sedang melakukan perjalanan dan mengajarkan
Tao, muncul di sana dan dia menyatakan dirinya sebagai ayah dari Zong;
yang mana keduanya terpisah satu sama lain sejak Zong masih kanak-kanak.
Lǐ Ěr memberitahukan puteranya bahwa lebih baik memperlakukan musuh yang kalah
dengan terhormat, dan barang siapa yang tidak menghormati orang mati akan membuat
musuh membalaskan dendamnya. Setelah diyakinkan, Zong segera memerintahkan
bawahannya untuk mengubur musuh dengan upacara penghormatan. Belakangan
kebiasaan ini dilakukan oleh bala tentara yang sedang berperang. Duka pemakaman
diadakan untuk orang mati dari kedua belah pihak, dan perdamaian abadi berhasil
dideklarasikan.
Lǎo Zǐ tercatat menggunakan nama kesopanan Bóyáng (伯陽). Karakter Bó
atau 伯 bermakna gelar paman senior dari keluarga
ayah (atau Tuapek, Hokkian), juga digunakan sebagai gelar bangsawan
yang setara dengan panggilan penghormatan umum. Sedangkan karakter
陽
adalah Yáng, berarti maskulin, lawan dari Yīn (陰, feminin), mengungkapkan kekuatan hidup
matahari dalam kepercayaan Tao. Namun, Lǎo Dān
tampaknya lebih umum digunakan, termasuk yang dipakai lebih sering oleh Sīmǎ Qiān
dalam Records of the Grand Historian-nya, juga oleh Zhuāng Zǐ dalam
karya klasik Taoist-nya.
Sekarang yang menjadi pertanyaan kita, kapan Lǎo Zǐ hidup? Dalam laman yang
diterbitkan oleh Hubei Government pada tahun 2016, diperkirakan Lǎo Zǐ
hidup dari tahun 571 hingga 471 seb.M., serta beliau bermukim di Negara Chǔ dan
berkewarganegaraan Huáxià. Jika menilik masa hidup Kǒng Zǐ, yakni dari
tahun 551 hingga 479 seb.M., berarti kedua tokoh besar ini hidup sezaman,
dengan Kǒng Zǐ lebih muda paling tidak 20 tahun. Lebih jauh jika kita
membandingkannya dengan zaman Buddha Gautama hidup, menurut perhitungan dari
kebanyakan penulis Barat, diperkirakan dari 563 hingga 483 sebelum Masehi
(Mazhab Theravāda menggunakan tarikh 60 tahun lebih awal). Jadi jika kita
berpegang pada catatan penanggalan ini, berarti tiga tokoh besar ini hidup
sezaman.
Catatan Sīmǎ Qiān selanjutnya menceritakan bagaimana Lǎo Zǐ menjadi lelah
dengan kerusakan moral kehidupan di Chéng Zhōu, dan dia menyaksikan sendiri
kemunduran kerajaan tempat dia mengabdikan dirinya selama ini. Chéng Zhōu (成周) sendiri
adalah kotaraja Dinasti Zhōu, yang masih
berdiri pada masa itu. Pada hari tuanya, ketika Lǎo Zǐ mendekati usia 80 tahun,
dia berkelana ke barat untuk hidup sebagai petapa di perbatasan kerajaan yang
saat itu masih bergejolak. Di Gerbang Barat kotaraja, Lǎo Zǐ yang saat itu
sedang menunggangi seekor kerbau hijau, dia dikenali oleh seorang penjaga
gerbang yang bernama Yǐn Xǐ (尹喜). Sang penjaga meminta Guru Sepuh untuk
menulis ajaran kebijaksanaannya, demi kebaikan negerinya sebelum dia diizinkan
lewat. Selama beberapa hari Lǎo Zǐ tinggal dalam satu rumah dekat benteng kota
tersebut, untuk menuliskan ajarannya. Naskah yang ditulis Lǎo Zǐ inilah yang
sekarang ini disebut sebagai Dào Dé Jīng (道德经), berisikan 5.000 karakter yang
terbagi dalam 81 bab. Dalam beberapa versi kisah tersebut, sang penjaga begitu
tersentuh oleh karya tulis Lǎo Zǐ sehingga dia menjadi seorang calon siswanya
dan pergi bersama sang Guru Sepuh, hingga keduanya tidak pernah terlihat
lagi. Pada satu versi cerita, setelah menulis _Dào Dé Jīng_, Lǎo Zǐ
terbang ke angkasa dan mencapai moksa. Dalam versi yang lain, Guru
Sepuh melakukan perjalanan jauh ke India dan menjadi guru dari Petapa
Gautama, Sang Buddha. Yang lain mengatakan dia adalah Buddha sendiri.
Seperti yang terjadi dalam agama-agama besar di dunia, penganut agama Tao
percaya bahwa Lǎo Zǐ merupakan manusia dengan kelahiran perawan, yang dikandung
ketika ibunya menatap bintang jatuh. Ayahnya diyakini bukanlah sosok manusia, melainkan
Mahadewa Tertinggi. Dia dipercaya tetap berada di dalam rahim ibunya sepanjang
62 tahun, sebelum dilahirkan ibunya yang saat itu bersandar di sebatang pohon plum
(atau prem). Nama marga Lǎo Zǐ, yakni 李 atau Lǐ secara harfiah berarti 'pohon prem'. Lǎo Zǐ bukan
dilahirkan sebagai sosok bayi mungil, tetapi dia langsung menjelma menjadi pria
dewasa dengan janggut abu-abu yang lebat. Ciri lainnya adalah daun telinganya
yang panjang. Kita tahu nama diri Lǎo Zǐ adalah Lǐ Ěr (李耳). Sedangkan
karakter 耳 adalah aksara Mandarin-kuno yang bermakna 'telinga'.
Dalam budaya Tionghoa, janggut lebat abu-abu dan daun telinga panjang adalah
simbol kebijaksanaan dan umur panjang. Mitos lain menyatakan bahwa Lǎo Zǐ
dilahirkan-kembali sebanyak 13 kali setelah kehidupan pertamanya pada zaman Fúxī.
Dalam inkarnasi terakhirnya sebagai Lǎo Zǐ, dia hidup selama sembilan-ratus-sembilan-puluh
tahun, serta menghabiskan hidupnya dengan berkelana untuk mengungkapkan Tao.
Kisah mitos kelahiran Lǎo Zǐ ini mirip dengan kelahiran Sang Bodhisattva,
yakni calon Buddha. Dikisahkan Bodhisattva kita yang menjelma dalam
rupa seekor gajah putih, datang menghampiri ibunya sambil membawa sekuntum
bunga teratai putih dengan belalainya yang berkilauan. Sang gajah putih lalu
mengelilingi Ibunda Bodhisattva sebanyak tiga putaran, serta akhirnya memasuki
rahimnya dari sisi sebelah kanan. Bagi pembaca yang ingin mengetahui kisahnya
bisa mencarinya dalam artikel penulis yang sebelumnya, yang berjudul: Kelahiran
Sang Bodhisattva – Sejarah, Mite, dan Legenda.
Menjadi orang yang memiliki leluhur seorang yang sangat dimuliakan adalah
satu kebanggaan besar. Orang Tharu di wilayah Terai, di India dan Nepal,
mengklaim bahwa mereka adalah keturunan dari Suku Sakya, suku atau klen
yang melahirkan Sang Buddha. Sementara orang Arab dan Yaman merasa bangga jika
mereka masih memiliki garis keturunan Nabi Muhammad. Orang Tionghoa di mana pun
memiliki kebanggaan, karena leluhur mereka adalah Kaisar Kuning. Demikian pula
yang terjadi dengan kaisar-kaisar Dinasti Táng yang memerintah Tiongkok selama hampir
tiga abad. Pendiri Dinasti Táng adalah Lǐ Yuān (李淵), yang
bergelar Kaisar Gāo Zǔ. Dianggap sebagai nenek moyang para kaisar Táng, pada
tahun 743 M., Kaisar Xuán Zōng dari Táng mendeklarasikan Lǎo Zǐ sebagai sang Leluhur
Bijak (聖祖, Shèng Zǔ). Lǎo Zǐ pun diberi gelar anumerta: Kaisar
Primordial dan Misterius (玄元皇帝, Xuán Yuán Huáng Dì).
Dengan gelar Kaisar Primordial dan Misterius, merupakan julukan yang
cocok untuk Lǎo Zǐ, karena pengetahuan kita tentang pribadi Lǎo Zǐ amat minim
dan kerap hanya dikaitkan dengan Dào Dé Jīng. Mau tidak mau kita akan
coba menelaah sosok Yǐn Xǐ sebagai sosok legendaris Zhōu Tiongkok. Dia
diceritakan pernah menjadi seorang penjaga di gerbang barat kotaraja Zhōu,
atau Chéng Zhōu (sekarang Luòyáng) atau alternatifnya, di celah
barat lembah Sungai Luò. Berkat kebijaksanaannya dia mengenal dan menghentikan
Lǎo Zǐ dalam perjalanannya melalui gerbang. Karya tulis abad ketujuh, Sān
Dòng Zhū Náng (三洞珠囊) atau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi Kantung
Mutiara dari Tiga Gua, bisa dijadikan referensi tentang siapa sesungguhnya
Yǐn Xǐ itu.
Naskah ini menyajikan hubungan yang lebih akrab antara Lǎo Zǐ dan Yǐn Xǐ. Lǎo
Zǐ berpura-pura menjadi petani saat mencapai gerbang barat, tetapi dikenali
oleh Yǐn Xǐ, yang memintanya untuk diajar oleh sang guru besar. Lǎo Zǐ tidak
puas hanya dengan diminta oleh sang penjaga dan menuntut penjelasan. Yǐn Xǐ
mengungkapkan keinginannya yang mendalam untuk menemukan Tao dan
menjelaskan, bahwa studi astrologinya yang panjang memungkinkan dia untuk
mengenali pendekatan Lǎo Zǐ. Yǐn Xǐ diterima oleh Lǎo Zǐ sebagai murid. Ini
dianggap sebagai contoh interaksi yang seharusnya antara seorang guru dan seorang
murid Agama Tao, yang mencerminkan ujian yang harus dialami seorang pencari
sebelum diterima. Seorang calon pengikut diharapkan bisa membuktikan tekad dan
bakatnya, serta dengan jelas mengungkapkan keinginannya dan menunjukkannya,
bahwa dia telah membuat sendiri kemajuan untuk mewujudkan Tao.
Kantung Mutiara dari Tiga Gua adalah
model Taoisme dalam mencari pengikut-pengikutnya. Yǐn Xǐ menerima penahbisannya
ketika Lǎo Zǐ mentransmisikan Dào Dé Jīng, bersama dengan teks dan
ajaran lainnya; seperti halnya penganut Tao menerima sejumlah metode, ajaran,
dan kitab suci pada saat penahbisannya. Ini hanyalah penahbisan awal, dan Yǐn
Xǐ masih membutuhkan waktu tambahan untuk menyempurnakan kebajikannya, sehingga
Lǎo Zǐ memberinya waktu tiga tahun untuk menyempurnakan Tao-nya. Yǐn Xǐ
menyerahkan dirinya pada kehidupan bakti penuh-waktu. Setelah waktu yang
ditentukan, Yǐn Xǐ kembali menunjukkan tekad dan kepercayaan yang sempurna,
serta mengirimkan seekor kambing-hitam ke pasar, sebagai tanda yang disepakati.
Dia akhirnya bertemu lagi dengan Lǎo Zǐ, yang mengumumkan bahwa nama abadi Yǐn
Xǐ terdaftar di Surga, dan Gurunya menyiapkan prosesi surgawi untuk mendandani Yǐn
Xǐ dengan pakaian keabadian. Cerita berlanjut saat Lǎo Zǐ menganugerahkan sejumlah
gelar kepada Yǐn Xǐ, dan membawanya ke perjalanan melintasi alam semesta,
bahkan ke sembilan lapisan langit. Setelah perjalanan yang fantastis ini, kedua
orang bijak itu berangkat ke tanah barbar di Barat. Masa pelatihan, penyatuan
kembali, dan perjalanan tersebut mewakili pencapaian peringkat agama tertinggi
dalam Taoisme abad pertengahan, yang disebut "Pengajar Tiga Gua".
Dalam legenda ini, Lǎo Zǐ adalah guru Tao yang sempurna dan Yǐn Xǐ adalah murid
Tao yang ideal. Lǎo Zǐ ditampilkan sebagai personifikasi Tao, memberikan
ajarannya kepada umat manusia untuk keselamatan mereka. Yǐn Xǐ mengikuti urutan
formal persiapan, pelatihan, pengujian, dan pencapaian.
Keagungan dan keluhuran Lǎo Zǐ juga diakui oleh tokoh luar biasa yang hidup
sezaman dengannya. Menurut catatan sejarah, Kǒng Zǐ pernah
bertemu dengan Lǎo Zǐ. Bahkan pertemuan keduanya berlangsung hingga dua kali.
Penulis akan mengutipnya dan para pembaca bisa menilai siapa itu "Sang Naga yang Sesungguhnya"
Kutipan yang pertama diambil dari Biografi Lǎo Zǐ dan Hán Fēi (老子韩非列传. Lǎozi Hán Fēi Lièzhuàn) pada Bab
ke-63:
" 鳥,吾知其能飛;魚,吾知其能遊;獸,吾知其能走。(Niǎo, wú zhī qí néng
fēi; yú, wú zhī qí néng yóu; shòu, wú zhī qí néng zǒu.) Burung, aku tahu mereka bisa terbang; ikan, aku
tahu mereka bisa berenang; hewan buas, aku tahu mereka bisa berlari.
走者可以為罔,遊者可以為綸,飛者可以為矰。(Zǒuzhě kěyǐ
wéi wǎng, yóu zhě kěyǐ wéi lún, fēi zhě kěyǐ wéi zēng.) Mereka yang bisa berlari dapat dijebak dengan
perangkap, mereka yang bisa berenang dapat ditangkap dengan jaring, mereka yang
bisa terbang dapat ditembak dengan busur dan anak-panah.
至於龍,吾不能知其乘風雲而上天。(Zhìyú lóng, wú bùnéng zhī qí chéng fēngyún ér shàngtiān.) Adapun dengan para naga, aku tidak tahu
bagaimana mereka mengendarai angin dan awan, lalu mereka pun melesat ke langit.
吾今日見老子,其猶龍邪! (Wú jīnrì
jiàn lǎozi, qí yóu lóng xié!) Hari ini aku
bertemu Lǎo Zǐ, sosok yang sungguh-sungguh seekor naga ! "
Kutipan yang kedua, diambil dari Zhuāng Zǐ, yang terdapat dalam bab
yang disebut 'Gerakan Surgawi' (天运, Tiān Yùn):
" 孔子見老聃歸,三日不談。(Kǒngzǐ jiàn lǎo dān guī, sān rì bù tán.) Setelah Kǒng Zǐ kembali
dari pertemuannya dengan Lǎo Dān [yaitu, Lǎo Zǐ], dia tidak berbicara selama
tiga hari.
弟子問曰:'夫子見老聃,亦將何歸哉?' (Dìzǐ wèn
yuē:“Fūzǐ jiàn lǎo dān, yì jiāng hé guī zāi?”)
Seorang murid [dari Kǒng Zǐ] bertanya: 'Ketika Guru bertemu Lǎo Dān, nasihat apa
yang Guru berikan kepadanya?'
孔子曰:“吾乃今於是乎見龍。(Kǒngzǐ yuē: 'Wú nǎi jīn yúshì hū jiàn lóng.) Kǒng Zǐ menjawab:
'Hari ini aku melihat seekor naga untuk pertama kalinya.
龍合而成體,散而成章, (Lóng hé ér chéng tǐ, sàn ér
chéngzhāng) Naga ini mampu
menggabungkan, dalam mewujudkan tubuh-fisik, dan bisa pula menyebarkannya
menjadi pancaran aneka warna.
乘乎雲氣而養乎陰陽。(Chéng hū yúnqì ér yǎng hū yīnyáng.)
Sang naga terampil mengendarai awan dan kabut, dan dinutrisi oleh yīn
dan yáng.
予口張而不能嗋,(Yǔ kǒu zhāng ér bùnéng xié,) Mulutku
terbuka lebar dan aku tak berdaya menutupnya.
予又何規老聃哉! (Yǔ yòu hé guī lǎo dān zāi!) Jadi bagaimana mungkin
aku bisa memberikan nasihatku kepada Lǎo Dān?’ "
Demikianlah pembaca, sekilas kisah Lǎo Zǐ. Seorang filsuf dan pemikir agung
pada zaman Tiongkok Kuno, pendiri Taoisme, salah satu dari 100 orang yang
paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia, dan penyusun dari Dào Dé Jīng.
Kita akan membahas ajarannya pada kesempatan yang akan datang.
sdjn/dharmaprimapustaka/230125
Tidak ada komentar:
Posting Komentar