Rabu, 25 Januari 2023

LǍO ZǏ DAN TAOISME



Salah satu tokoh sentral dari zaman kuno dalam perjalanan sejarah bangsa Tionghoa adalah Lǎo Zǐ (老子). Beliau dianggap sebagai salah satu pendiri agama Tao, dan pula dipandang sebagai pencetus Taoisme filosofis dan religius. Lǎo Zǐ diucapkan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sebagai 'laʊdzə', mendekati pengucapan dalam bahasa Mandarin-nya. 'Lǎo Zǐ' sendiri bukanlah nama orang, melainkan sebuah gelar kehormatan. Karakter atau Zǐ memiliki beberapa arti, yakni 'anak', 'orang', 'adipati', dan 'tuan'; sedangkan karakter atau Lǎo bermakna 'tua' atau 'sepuh'. Dengan demikian 'Lǎo Zǐ' bisa diartikan sebagai 'Anak Tua', 'Anak Sepuh', 'Anak Laki-Laki Tua', atau 'Anak Laki-laki Sepuh'.

 

Bagi orang yang seumur dengan penulis tentu kerap kali kami mendapatkan dalam teks-teks yang lebih kuno, tokoh kita ini sering ditulis dalam huruf Latin atau diromanisasi dengan sangat beragam. Contohnya: 'Lao Tzu', 'Lao Tzŭ', 'Lao-tzu', 'Lao Tse', 'Lao-tse', 'Lao Tze', 'Lao-tze', 'Laotze', atau 'Lao Tsu'. Kemudian hampir sepanjang abad ke-20 romanisasi tulisan mandarin menggunakan acuan Wade-Giles, yang didasarkan pada dialek Beijing. Penulisan 老子  kemudian menjadi: 'Lao³ Tzŭ³'. Selanjutnya sejak tahun 1950-an di Tiongkok Daratan digunakan sistem romanisasi hànyǔ pīnyīn (汉语拼音) atau disingkat pīnyīn saja. Inilah romanisasi tulisan mandarin yang juga dipakai oleh penulis dalam artikel-artikelnya. Dengan demikian 老子 dituliskan sebagai 'Lǎo Zǐ'.

 

Seperti yang diuraikan di atas Lǎo Zǐ bukanlah nama diri. Namun, struktur namanya sama persis dengan filsuf atau pemikir Tiongkok Kuno lainnya seperti Kǒng Zǐ (), Mèng Zǐ (孟子), dan Zhuāng Zǐ (莊子). Pada tulisan yang lalu, kita sudah mengetahui Kǒng Zǐ atau Confucius atau di Indonesia lebih populer disebut Kong Hu Cu, adalah pendiri Ruisme atau Konfusianisme. Mèng Zǐ atau Mencius, sering dijuluki sebagai 'Sang Bijak Kedua', yakni orang kedua yang paling memahami ajaran Ruisme setelah Kǒng Zǐ sendiri. Sedangkan Zhuāng Zǐ berjasa dengan menulis sebuah karya yang dikenal dengan namanya, Zhuāng Zǐ, yang merupakan salah satu naskah dasar Taoisme. Dari deretan nama-nama besar tokoh bijak purba ini, kita bisa menyimpulkan bahwa 'Zǐ' atau di sini bermakna 'tuan' atau 'guru' (dalam bahasa Inggris terjemahannya adalah master). Dengan demikian ada Guru Kǒng, Guru Mèng, dan Guru Zhuāng, sebagai tokoh-tokoh bijak di masa itu. Khusus untuk Lǎo sendiri lebih tepat disebut sebagai 'Guru Tua' atau 'Guru Sepuh'.

 

Jika kita ingin mengetahui riwayat hidup Lǎo Zǐ, catatan-catatan historis yang tersedia amatlah terbatas. Referensi paling awal untuk sosok Lǎo Zǐ saat ini ditemukan dalam Catatan Sejarawan Agung yang berasal dari abad ke-1 seb.M., yang dikoleksi oleh sejarawan Sīmǎ Qiān (马迁) berdasarkan catatan kuno sebelumnya. Lǎo Zǐ hidup pada abad ke-6 atau ke-5 sebelum Masehi. Nama pribadinya adalah Lǐ Ěr (李耳), dan nama anumertanya adalah Lǎo Dān (老聃). Dia adalah seorang sarjana dan pejabat pada Kantor Arsip di Istana Kekaisaran Zhōu (, kira-kira 1046 - 256 seb.M.). Dengan jabatannya itu Lǐ Ěr bisa bebas membaca dan mempelajari dengan saksama tulisan-tulisan sejak masa hidup Kaisar Kuning dan karya klasik lainnya. Melihat perjalanan kariernya, menegaskan bahwa Lǐ Ěr tidak pernah membuka sekolah formal, namun tetap menarik banyak siswa dan murid yang setia untuk menuntut ilmu di bawah bimbingannya.

 

Sīmǎ Qiān melaporkan bahwa Lǐ Ěr lahir di Dusun Qūrén (曲仁里, Qū Rén Lǐ) di negara bagian selatan Chǔ (), atau sekarang di Lù Yì Xiàn, Propinsi Hénán. Dikisahkan Lǐ Ěr terlahir sebagai seorang putera dari Li Jing (??), seorang dokter dari Kekaisaran Dinasti Zhōu dan Puan Yìshòu (益壽氏, Yìshòu Shì). Menurut catatan sejarah tersebut, Lǐ Ěr pernah menikah, dan diceritakan bahwa dia memiliki seorang putera, yang kelak menjadi tentara terkenal negara Wèi () selama zaman Negara-negara Berperang (kira-kira 475 - 221 seb.M.).

 

Bahkan cerita kehidupan pribadi Lǐ Ěr masih berlanjut. Dikisahkan tentang Zong, sang prajurit, yang mengalahkan musuh dan memenangkan pertempuran. Zong meninggalkan mayat-mayat tentara musuh di medan pertempuran begitu saja, dan membiarkan mereka hingga jenazah-jenazah itu nantinya menjadi mangsa bagi burung-burung nasar. Secara kebetulan Lǐ Ěr, yang sedang melakukan perjalanan dan mengajarkan Tao, muncul di sana dan dia menyatakan dirinya sebagai ayah dari Zong; yang mana keduanya terpisah satu sama lain sejak Zong masih kanak-kanak. Lǐ Ěr memberitahukan puteranya bahwa lebih baik memperlakukan musuh yang kalah dengan terhormat, dan barang siapa yang tidak menghormati orang mati akan membuat musuh membalaskan dendamnya. Setelah diyakinkan, Zong segera memerintahkan bawahannya untuk mengubur musuh dengan upacara penghormatan. Belakangan kebiasaan ini dilakukan oleh bala tentara yang sedang berperang. Duka pemakaman diadakan untuk orang mati dari kedua belah pihak, dan perdamaian abadi berhasil dideklarasikan.

 

Lǎo Zǐ tercatat menggunakan nama kesopanan Bóyáng (伯陽). Karakter Bó atau bermakna gelar paman senior dari keluarga ayah (atau Tuapek, Hokkian), juga digunakan sebagai gelar bangsawan yang setara dengan panggilan penghormatan umum. Sedangkan karakter adalah Yáng, berarti maskulin, lawan dari Yīn (, feminin), mengungkapkan kekuatan hidup matahari dalam kepercayaan Tao. Namun, Lǎo Dān tampaknya lebih umum digunakan, termasuk yang dipakai lebih sering oleh Sīmǎ Qiān dalam Records of the Grand Historian-nya, juga oleh Zhuāng Zǐ dalam karya klasik Taoist-nya.

 

Sekarang yang menjadi pertanyaan kita, kapan Lǎo Zǐ hidup? Dalam laman yang diterbitkan oleh Hubei Government pada tahun 2016, diperkirakan Lǎo Zǐ hidup dari tahun 571 hingga 471 seb.M., serta beliau bermukim di Negara Chǔ dan berkewarganegaraan Huáxià. Jika menilik masa hidup Kǒng Zǐ, yakni dari tahun 551 hingga 479 seb.M., berarti kedua tokoh besar ini hidup sezaman, dengan Kǒng Zǐ lebih muda paling tidak 20 tahun. Lebih jauh jika kita membandingkannya dengan zaman Buddha Gautama hidup, menurut perhitungan dari kebanyakan penulis Barat, diperkirakan dari 563 hingga 483 sebelum Masehi (Mazhab Theravāda menggunakan tarikh 60 tahun lebih awal). Jadi jika kita berpegang pada catatan penanggalan ini, berarti tiga tokoh besar ini hidup sezaman.

 

Catatan Sīmǎ Qiān selanjutnya menceritakan bagaimana Lǎo Zǐ menjadi lelah dengan kerusakan moral kehidupan di Chéng Zhōu, dan dia menyaksikan sendiri kemunduran kerajaan tempat dia mengabdikan dirinya selama ini. Chéng Zhōu (成周) sendiri adalah kotaraja Dinasti Zhōu, yang masih berdiri pada masa itu. Pada hari tuanya, ketika Lǎo Zǐ mendekati usia 80 tahun, dia berkelana ke barat untuk hidup sebagai petapa di perbatasan kerajaan yang saat itu masih bergejolak. Di Gerbang Barat kotaraja, Lǎo Zǐ yang saat itu sedang menunggangi seekor kerbau hijau, dia dikenali oleh seorang penjaga gerbang yang bernama Yǐn Xǐ (尹喜). Sang penjaga meminta Guru Sepuh untuk menulis ajaran kebijaksanaannya, demi kebaikan negerinya sebelum dia diizinkan lewat. Selama beberapa hari Lǎo Zǐ tinggal dalam satu rumah dekat benteng kota tersebut, untuk menuliskan ajarannya. Naskah yang ditulis Lǎo Zǐ inilah yang sekarang ini disebut sebagai Dào Dé Jīng (道德), berisikan 5.000 karakter yang terbagi dalam 81 bab. Dalam beberapa versi kisah tersebut, sang penjaga begitu tersentuh oleh karya tulis Lǎo Zǐ sehingga dia menjadi seorang calon siswanya dan pergi bersama sang Guru Sepuh, hingga keduanya tidak pernah terlihat lagi. Pada satu versi cerita, setelah menulis _Dào Dé Jīng_, Lǎo Zǐ terbang ke angkasa dan mencapai moksa. Dalam versi yang lain, Guru Sepuh melakukan perjalanan jauh ke India dan menjadi guru dari Petapa Gautama, Sang Buddha. Yang lain mengatakan dia adalah Buddha sendiri.

 

Seperti yang terjadi dalam agama-agama besar di dunia, penganut agama Tao percaya bahwa Lǎo Zǐ merupakan manusia dengan kelahiran perawan, yang dikandung ketika ibunya menatap bintang jatuh. Ayahnya diyakini bukanlah sosok manusia, melainkan Mahadewa Tertinggi. Dia dipercaya tetap berada di dalam rahim ibunya sepanjang 62 tahun, sebelum dilahirkan ibunya yang saat itu bersandar di sebatang pohon plum (atau prem). Nama marga Lǎo Zǐ, yakni atau Lǐ secara harfiah berarti 'pohon prem'. Lǎo Zǐ bukan dilahirkan sebagai sosok bayi mungil, tetapi dia langsung menjelma menjadi pria dewasa dengan janggut abu-abu yang lebat. Ciri lainnya adalah daun telinganya yang panjang. Kita tahu nama diri Lǎo Zǐ adalah Lǐ Ěr (李耳). Sedangkan karakter adalah aksara Mandarin-kuno yang bermakna 'telinga'. Dalam budaya Tionghoa, janggut lebat abu-abu dan daun telinga panjang adalah simbol kebijaksanaan dan umur panjang. Mitos lain menyatakan bahwa Lǎo Zǐ dilahirkan-kembali sebanyak 13 kali setelah kehidupan pertamanya pada zaman Fúxī. Dalam inkarnasi terakhirnya sebagai Lǎo Zǐ, dia hidup selama sembilan-ratus-sembilan-puluh tahun, serta menghabiskan hidupnya dengan berkelana untuk mengungkapkan Tao.

 

Kisah mitos kelahiran Lǎo Zǐ ini mirip dengan kelahiran Sang Bodhisattva, yakni calon Buddha. Dikisahkan Bodhisattva kita yang menjelma dalam rupa seekor gajah putih, datang menghampiri ibunya sambil membawa sekuntum bunga teratai putih dengan belalainya yang berkilauan. Sang gajah putih lalu mengelilingi Ibunda Bodhisattva sebanyak tiga putaran, serta akhirnya memasuki rahimnya dari sisi sebelah kanan. Bagi pembaca yang ingin mengetahui kisahnya bisa mencarinya dalam artikel penulis yang sebelumnya, yang berjudul: Kelahiran Sang Bodhisattva – Sejarah, Mite, dan Legenda.

 

Menjadi orang yang memiliki leluhur seorang yang sangat dimuliakan adalah satu kebanggaan besar. Orang Tharu di wilayah Terai, di India dan Nepal, mengklaim bahwa mereka adalah keturunan dari Suku Sakya, suku atau klen yang melahirkan Sang Buddha. Sementara orang Arab dan Yaman merasa bangga jika mereka masih memiliki garis keturunan Nabi Muhammad. Orang Tionghoa di mana pun memiliki kebanggaan, karena leluhur mereka adalah Kaisar Kuning. Demikian pula yang terjadi dengan kaisar-kaisar Dinasti Táng yang memerintah Tiongkok selama hampir tiga abad. Pendiri Dinasti Táng adalah Lǐ Yuān (李淵), yang bergelar Kaisar Gāo Zǔ. Dianggap sebagai nenek moyang para kaisar Táng, pada tahun 743 M., Kaisar Xuán Zōng dari Táng mendeklarasikan Lǎo Zǐ sebagai sang Leluhur Bijak (聖祖, Shèng Zǔ). Lǎo Zǐ pun diberi gelar anumerta: Kaisar Primordial dan Misterius (玄元皇帝, Xuán Yuán Huáng Dì).

 

Dengan gelar Kaisar Primordial dan Misterius, merupakan julukan yang cocok untuk Lǎo Zǐ, karena pengetahuan kita tentang pribadi Lǎo Zǐ amat minim dan kerap hanya dikaitkan dengan Dào Dé Jīng. Mau tidak mau kita akan coba menelaah sosok Yǐn Xǐ sebagai sosok legendaris Zhōu Tiongkok. Dia diceritakan pernah menjadi seorang penjaga di gerbang barat kotaraja Zhōu, atau Chéng Zhōu (sekarang Luòyáng) atau alternatifnya, di celah barat lembah Sungai Luò. Berkat kebijaksanaannya dia mengenal dan menghentikan Lǎo Zǐ dalam perjalanannya melalui gerbang. Karya tulis abad ketujuh, Sān Dòng Zhū Náng (三洞珠囊) atau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi Kantung Mutiara dari Tiga Gua, bisa dijadikan referensi tentang siapa sesungguhnya Yǐn Xǐ itu.

 

Naskah ini menyajikan hubungan yang lebih akrab antara Lǎo Zǐ dan Yǐn Xǐ. Lǎo Zǐ berpura-pura menjadi petani saat mencapai gerbang barat, tetapi dikenali oleh Yǐn Xǐ, yang memintanya untuk diajar oleh sang guru besar. Lǎo Zǐ tidak puas hanya dengan diminta oleh sang penjaga dan menuntut penjelasan. Yǐn Xǐ mengungkapkan keinginannya yang mendalam untuk menemukan Tao dan menjelaskan, bahwa studi astrologinya yang panjang memungkinkan dia untuk mengenali pendekatan Lǎo Zǐ. Yǐn Xǐ diterima oleh Lǎo Zǐ sebagai murid. Ini dianggap sebagai contoh interaksi yang seharusnya antara seorang guru dan seorang murid Agama Tao, yang mencerminkan ujian yang harus dialami seorang pencari sebelum diterima. Seorang calon pengikut diharapkan bisa membuktikan tekad dan bakatnya, serta dengan jelas mengungkapkan keinginannya dan menunjukkannya, bahwa dia telah membuat sendiri kemajuan untuk mewujudkan Tao.

 

Kantung Mutiara dari Tiga Gua adalah model Taoisme dalam mencari pengikut-pengikutnya. Yǐn Xǐ menerima penahbisannya ketika Lǎo Zǐ mentransmisikan Dào Dé Jīng, bersama dengan teks dan ajaran lainnya; seperti halnya penganut Tao menerima sejumlah metode, ajaran, dan kitab suci pada saat penahbisannya. Ini hanyalah penahbisan awal, dan Yǐn Xǐ masih membutuhkan waktu tambahan untuk menyempurnakan kebajikannya, sehingga Lǎo Zǐ memberinya waktu tiga tahun untuk menyempurnakan Tao-nya. Yǐn Xǐ menyerahkan dirinya pada kehidupan bakti penuh-waktu. Setelah waktu yang ditentukan, Yǐn Xǐ kembali menunjukkan tekad dan kepercayaan yang sempurna, serta mengirimkan seekor kambing-hitam ke pasar, sebagai tanda yang disepakati. Dia akhirnya bertemu lagi dengan Lǎo Zǐ, yang mengumumkan bahwa nama abadi Yǐn Xǐ terdaftar di Surga, dan Gurunya menyiapkan prosesi surgawi untuk mendandani Yǐn Xǐ dengan pakaian keabadian. Cerita berlanjut saat Lǎo Zǐ menganugerahkan sejumlah gelar kepada Yǐn Xǐ, dan membawanya ke perjalanan melintasi alam semesta, bahkan ke sembilan lapisan langit. Setelah perjalanan yang fantastis ini, kedua orang bijak itu berangkat ke tanah barbar di Barat. Masa pelatihan, penyatuan kembali, dan perjalanan tersebut mewakili pencapaian peringkat agama tertinggi dalam Taoisme abad pertengahan, yang disebut "Pengajar Tiga Gua". Dalam legenda ini, Lǎo Zǐ adalah guru Tao yang sempurna dan Yǐn Xǐ adalah murid Tao yang ideal. Lǎo Zǐ ditampilkan sebagai personifikasi Tao, memberikan ajarannya kepada umat manusia untuk keselamatan mereka. Yǐn Xǐ mengikuti urutan formal persiapan, pelatihan, pengujian, dan pencapaian.

 

Keagungan dan keluhuran Lǎo Zǐ juga diakui oleh tokoh luar biasa yang hidup sezaman dengannya. Menurut catatan sejarah, Kǒng Zǐ pernah bertemu dengan Lǎo Zǐ. Bahkan pertemuan keduanya berlangsung hingga dua kali. Penulis akan mengutipnya dan para pembaca bisa menilai siapa itu "Sang Naga yang Sesungguhnya"

 

 

Kutipan yang pertama diambil dari Biografi Lǎo Zǐ dan Hán Fēi (老子韩非列传. Lǎozi Hán Fēi Lièzhuàn) pada Bab ke-63:

 

" 鳥,吾知其能飛;魚,吾知其能遊;獸,吾知其能走。(Niǎo, wú zhī qí néng fēi; yú, wú zhī qí néng yóu; shòu, wú zhī qí néng zǒu.)  Burung, aku tahu mereka bisa terbang; ikan, aku tahu mereka bisa berenang; hewan buas, aku tahu mereka bisa berlari.

 

走者可以為罔,遊者可以為綸,飛者可以為矰。(Zǒuzhě kěyǐ wéi wǎng, yóu zhě kěyǐ wéi lún, fēi zhě kěyǐ wéi zēng.)  Mereka yang bisa berlari dapat dijebak dengan perangkap, mereka yang bisa berenang dapat ditangkap dengan jaring, mereka yang bisa terbang dapat ditembak dengan busur dan anak-panah.

 

至於龍,吾不能知其乘風雲而上天(Zhìyú lóng, wú bùnéng zhī qí chéng fēngyún ér shàngtiān.)  Adapun dengan para naga, aku tidak tahu bagaimana mereka mengendarai angin dan awan, lalu mereka pun melesat ke langit.

 

吾今日見老子,其猶龍邪! (Wú jīnrì jiàn lǎozi, qí yóu lóng xié!)  Hari ini aku bertemu Lǎo Zǐ, sosok yang sungguh-sungguh seekor naga ! "

 

 

Kutipan yang kedua, diambil dari Zhuāng Zǐ, yang terdapat dalam bab yang disebut 'Gerakan Surgawi' (天运, Tiān Yùn):

 

" 孔子見老聃歸,三日不談(Kǒngzǐ jiàn lǎo dān guī, sān rì bù tán.)  Setelah Kǒng Zǐ kembali dari pertemuannya dengan Lǎo Dān [yaitu, Lǎo Zǐ], dia tidak berbicara selama tiga hari.

 

弟子問曰:'夫子見老聃,亦將何歸哉'  (Dìzǐ wèn yuē:“Fūzǐ jiàn lǎo dān, yì jiāng hé guī zāi?”)  Seorang murid [dari Kǒng Zǐ] bertanya: 'Ketika Guru bertemu Lǎo Dān, nasihat apa yang Guru berikan kepadanya?'

 

孔子曰:吾乃今於是乎見龍(Kǒngzǐ yuē: 'Wú nǎi jīn yúshì hū jiàn lóng.)  Kǒng Zǐ menjawab: 'Hari ini aku melihat seekor naga untuk pertama kalinya.

 

龍合而成體,散而成章, (Lóng hé ér chéng tǐ, sàn ér chéngzhāng)  Naga ini mampu menggabungkan, dalam mewujudkan tubuh-fisik, dan bisa pula menyebarkannya menjadi pancaran aneka warna.

 

乘乎雲氣而養乎陰陽(Chéng hū yúnqì ér yǎng hū yīnyáng.)  Sang naga terampil mengendarai awan dan kabut, dan dinutrisi oleh yīn dan yáng.

 

予口張而不能嗋(Yǔ kǒu zhāng ér bùnéng xié,)  Mulutku terbuka lebar dan aku tak berdaya menutupnya.

 

予又何規老聃哉 (Yǔ yòu hé guī lǎo dān zāi!) Jadi bagaimana mungkin aku bisa memberikan nasihatku kepada Lǎo Dān?’ "

 

 

Demikianlah pembaca, sekilas kisah Lǎo Zǐ. Seorang filsuf dan pemikir agung pada zaman Tiongkok Kuno, pendiri Taoisme, salah satu dari 100 orang yang paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia, dan penyusun dari Dào Dé Jīng. Kita akan membahas ajarannya pada kesempatan yang akan datang.

 

 

sdjn/dharmaprimapustaka/230125


Tidak ada komentar:

Posting Komentar