Rabu, 24 Agustus 2022

TAKHYUL


 

"Tak kenal, maka tak sayang; Kucing ditabrak, jabatan bakal dimutasi; Kucing disiram, turunlah hujan lebat; Kucing dibunuh, usahanya mengarah pada kebangkrutan; Makan daging Kucing, akan kena sakit syaraf; Ini namanya: 'Takhyul Kucing'.

Daun sirih ditaruh di sepatu, dia akan lulus ujian; Daun sirih dimasukkan ke saku kanan, membuatnya berwibawa; Daun sirih diselipkan ke saku kiri, orang ini akan disayang pacar; Ini namanya: 'Takhyul Sirih'.

Pohon kuping gajah tumbuh di halaman, sanggup membawa rejeki; Pohon mawar di kebun, pula akan mengundang hoki; Pohon sawo kecik di taman, akan mendatangkan kehormatan; Pohon kamboja di pekarangan, mampu mendatangkan roh-halus; Ini namanya: 'Takhyul Pohon'.

Batu akik, pemakainya berwibawa dan berani; Batu pirus, orangnya akan selamat dan sejahtera; Batu cempaka di jarinya, mendatangkan harta dan tahta; Batu kecubung dipakai, dia akan dikaruniai kelemahlembutan dan cinta-kasih; Batu nilem membuat pemakainya mujur dan panjang umur; Batu combong akan menganugerahkan asmara dan cinta; Ini namanya: 'Takhyul Batu Cincin'.

Ini takhyul yang ada di Indonesia; Tak kenal maka tak sayang; Tidak percaya pun tak jadi apa; Percaya pun tak ada yang melarang."

(Ibay, E., 1001 Takhyul di Indonesia, Penerbit Fikahati Aneska, Jakarta, 1991)

 

Jadi apa itu takhyul atau takhayul? Menurut Wikipedia, takhyul adalah kepercayaan atau praktik apa pun yang dianggap oleh non-praktisi sebagai irasional atau supranatural, dikaitkan dengan nasib atau sihir; yang mana orang yang percaya pada tahkyul mampu merasakan pengaruh kekuatan supranatural, atau merasakan ketakutan atas hal yang tidak bisa dipahaminya itu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, takhyul adalah sesuatu yang hanya ada dalam khayalan belaka. Di bangku sekolah, guru kerap mengajarkan para muridnya untuk tidak percaya kepada takhyul; karena takhyul dianggap bersumber pada sesuatu yang mustahil, tidak masuk akal, kampungan, dan jauh dari pola pikir dan gaya hidup orang modern. Jadi takhyul adalah istilah yang mempunyai konotosi negatif, yang sebaiknya dijauhkan dan dienyahkan dari pandangan kita.

 

Kita ambil 'Takhyul Kucing' di atas. Sebagian orang Indonesia percaya bahwa kucing adalah hewan yang patut dihormati dan disayang. Kepecayaan ini masih diyakini orang banyak. Buktinya jika ada kucing melintas di jalan raya, pengendara sepeda motor atau mobil jauh-jauh sudah mengerem kendaraannya, agar dia tidak menabrak kucing. Jika kucing itu sampai tergilas hingga tewas oleh wahana yang dikendarainya, mereka percaya bahwa setelah mencelakakan kucing orang yang melakukannya pasti tertimpa musibah, misalnya akan mengalami kecelakaan pada sisa perjalanan yang berikutnya. Untuk menangkalnya, kucing malang itu wajib dikubur dengan penghormatan yang layak. Padahal guru sudah mencekoki sejak dulu, agar kita seyogianya tidak mempercayai hal-hal yang irasional, tetapi kenyataannya masyarakat kita masih mempercayai 'takhyul kucing' tersebut.

 

Jika ada orang hendak menginap di satu hotel dan ketika akan check in resepsionis memberinya kamar bernomor '13', maka besar kemungkinan calon tamu ini akan menolaknya. Dia akan berusaha meminta kamar dengan nomor lain, atau bahkan membatalkan niatnya untuk menginap di sana. Mengapa? Sudah tertanam di masyarakat bahwa angka tiga-belas itu pembawa sial atau pembawa malapetaka. Kepercayaan ini bukan saja telah meracuni masyarakat Indonesia saja, tetapi juga dianut oleh sebagian besar penduduk dunia. Untuk menyiasatinya pengembang yang membangun rumah, hotel, atau apartemen menghindari angka '13', dan menggantinya dengan angka '12A', atau melompatinya sehingga setelah '12' akan langsung dinamakan '14' atau '15'.

 

Jika orang barat atau Indonesia percaya bahwa angka '13' itu tidak baik, masyarakat Tiongkok dan Asia Timur lainnya (termasuk Jepang) mengalami tetraphobia atau 'takut terhadap angka 4'. Mengapa demikian? Masyarakat Tionghoa kerap mengait-kaitkan persamaan-bunyi atau homophone untuk karakter atau aksara yang mereka pakai sehari-hari. Misalnya untuk persembahan dalam persembahyangan, orang suka menyediakan buah 'srikaya', semata-mata karena ada frasa 'kaya' yang berarti sesuatu yang memang dicita-citakan olehnya. Sebaliknya mereka menghindari pemberian 'pepaya' karena mengandung frasa 'payah', yang bermakna sesuatu yang sebaiknya disingkirkan. Nah, angka empat itu, 'Sì' (Mandarin) atau Sù (Hokkian) atau , dan ini mirip bunyinya (padahal intonasinya berbeda) dengan karakter 'Sǐ' (Mandarin) atau 'Sú' (Hokkian) atau , yang bermakna 'mati'. Jadi Anda pembaca tidak usah heran jika pergi ke satu gedung bertingkat dan tidak mendapatkan Lantai-4. Orang Tionghoa memberikan penomoran '1', '2', '3', lalu '5' (angka '4' dihindarkan). Bukan saja angka empat tok, tetapi angka berapa pun yang mengandung angka empat. Di Tiongkok Daratan yang menggunakan bahasa Mandarin, angka '14' (十四,Shísì) terdengar seperti 'sudah mati' atau 是死 (Shì sǐ), yang lebih fatal dibandingkan angka '4' itu sendiri. Juga angka '74' atau 七十四 (Qīshísì) mirip bunyinya dengan (Qíshí sǐ) atau 'sesungguhnya sudah mati'. Selanjutnya orang Tionghoa Daratan menghindari memiliki nomor telepon seluler yang mengandung angka empat, menghindari menyebut angka '4' ketika mengunjungi orang sakit, atau memberikan hadiah sebanyak empat item.

 

Dari mana asalnya kepercayaan seperti itu atau yang kita namakan takhyul? Tidak ada orang yang tahu, namun bisa kita asumsikan bahwa ada satu peristiwa di masa lampau – baik atau pun buruk – yang berlangsung berulang-ulang dan terjadi secara konsisten; sehingga membuat orang percaya dan menerima hal itu sebagai kebenaran. Jadi konon di satu masa yang entah kapan di negara antah-berantah, seekor kucing hitam lewat di tepi jalan. Tiba-tiba di jalan itu muncul dua kereta kuda berpapasan dari arah berlawanan, dan keduanya yang dikendalikan secara serampangan saling bertabrakan hingga membuat pengendaranya tewas. Pada kesempatan lain, seekor kucing hitam melompat ke atas tempat tidur orang yang sedang sakit, lalu tidak berapa lama kemudian si sakit pun meninggal dunia. Lain waktu pada satu malam saat bulan purnama, orang-orang melihat seekor kucing hitam menyeberang jalan; dan tak lama kemudian di sekitar tempat itu berjangkit wabah penyakit. Kucing hitam di sini adalah kucing yang sekujur tubuhnya berbulu hitam-legam. Jadi bisa disimpulkan bahwa kucing hitam yang nampak secara tiba-tiba akan membawa sial.

 

Di dunia nyata pun pernah terjadi kejadian yang tidak mengenakkan dan ini terjadi di negara adidaya. Anda pasti mengenal perjalanan ke bulan yang dilakukan oleh wahana-antariksa seri Apollo dari Amerika Serikat. Dari sejak peluncuran Apollo 7 lanjut ke Apollo 8 hingga Apollo 9 dan Apollo 10, kemudian dipuncaki oleh perjalanan Apollo 11, yang menorehkan tinta emas dalam prestasi umat manusia. Wahana ini berhasil mendarat di permukaan bulan pada misi yang berlangsung 16 hingga 24 Juli 1969, dan manusia pertama berhasil berjalan-jalan di bulan. Selanjutnya perjalanan menjelajahi dan mendarat di bulan dilakukan oleh misi Apollo 12 hingga Apollo 17. Dari enam perjalanan ini lima misi berhasil dirampungkan dengan sempurna, kecuali pada satu misi perjalanan. Misi yang gagal terjadi sewaktu Apollo 13 diluncurkan dari 11-17 April 1970, dan waktu itu terjadi musibah di tengah perjalanannya ketika ada satu tangki oksigen yang dibawanya meledak. Masih mujur! Tiga astronaut yang ada di dalamnya berhasil pulang kembali ke bumi dengan selamat. Jadi nampaknya angka '13' ini tidak membawa keberuntungan; percaya atau tidak percaya!

 

Takhyul merambah ke berbagai aspek kehidupan seperti yang ingin penulis kemukakan melalui contoh-contoh berikut ini. (1) Jangan bangun siang-siang. Nanti rejekinya habis dipacok ayam. (2) Orang yang memasak makanan yang terlalu asin, pertanda dia sudah kebelet kawin. (3) Setelah melayat orang mati di rumah duka atau kuburan, hendaknya mencuci muka dengan air sebelum masuk ke dalam rumah. Jika tidak dilakukan, maka akan diikuti oleh arwah orang tersebut, dan bakal mendatangkan kesialan, sakit, atau sawan. (4) Dianjurkan membunyikan klakson di perempatan atau pertigaan saat berkendara di jalan yang gelap dan sepi di malam hari, agar tidak menabrak makhluk halus yang tinggal di sana. (5) Wanita yang rambutnya berkeriting-kasar dan bergelombang-besar, bermata sayu layaknya sedang mengantuk, dan berkulit hitam-manis; adalah perempuan bernasib baik, pembawa berkah dalam keluarga, sehingga suaminya tidak kesulitan mencari uang. Namun wanita tipe ini sifat cemburunya besar dan selalu curiga pada suaminya.

 

Kita jangan memandang negatif dan sinis bahwa semua takhyul itu sesuatu yang tidak bermanfaat, karena sebetulnya di dalamnya tersirat nasihat dan pelajaran yang ingin disampaikan orang tua zaman dulu kepada anak-anaknya. Seperti contoh nomor 1 di atas sebetulnya berisi nasihat. "Jangan bangun siang-siang", yang berisi petuah agar orang memulai harinya pada pagi sesaat setelah fajar menyingsing agar waktu yang berharga bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. "Rejeki dipacok ayam" kedengarannya janggal karena makanan ayam tidak sama dengan makanan manusia. Mana ada orang harus mencari nafkah sedemikian rupa, sehingga harus berebut dengan ayam? Sebenarnya ini adalah semacam sindiran. Ayam saja sudah bangun pagi-pagi buta dan mengais-ngais tanah untuk mendapatkan makanan, sedangkan manusia masih bermalas-malasan. Dalam Sigālovāda Sutta, Sang Buddha bersabda, "Enam bahaya akibat kebiasaan menganggur atau bermalas-malasan." "... Ia berkata: 'terlalu dingin' dan ia tidak bekerja; ia berkata: 'terlalu panas' dan ia tidak bekerja; ia berkata: 'terlalu pagi' dan ia tidak bekerja; ia berkata: 'terlalu siang' dan ia tidak bekerja; ia berkata: 'terlalu lapar' dan ia tidak bekerja; ia berkata: 'terlalu kenyang' dan ia tidak bekerja. Dengan demikian semua yang harus ia kerjakan tetap tidak dilakukannya. Harta kekayaan baru tidak ia peroleh, dan harta kekayaan yang sudah ia miliki menjadi habis."

 

Contoh nomor tiga sebetulnya berasal dari tradisi, termasuk kebiasaan yang diyakini oleh keluarga penulis. Mama almarhumah selalu mengingatkan agar kami selalu mencuci muka dengan air sebelum memasuki rumah. Jadi beliau sudah menyediakan air di dalam ember di depan pintu, sebelum kami pergi melayat orang yang meninggal. Pada saat penulis masih kanak-kanak dan belum mengerti apa makna dibalik ritual cuci-muka itu, kami semua dengan patuh melaksanakannya. Memang ada beberapa pantangan dalam budaya Tionghoa yang berkaitan dengan kontak terhadap jenazah, yang akan penulis ceritakan dalam tulisan-tulisan yang akan datang. Yang jelas, mencuci muka, bahkan sekarang disarankan untuk mandi sekalian keramas, sekaligus memasukkan pakaian bekas ke tempat cuci; adalah kiat yang harus diterapkan dalam masa pandemi Covid-19 sekarang ini.

 

Contoh takhyul nomor empat ini berasal dari agama setempat di Indonesia. Masyarakat Nusantara percaya ada makhluk halus yang mendiami lokasi yang 'angker', tidak terkecuali tempat yang sepi di pertigaan atau perempatan jalan. Umat Buddha saja percaya akan keberadaan peta atau makhluk hantu, yang ternyata bertempat tinggal di banyak tempat. Lalu apa perlu membunyikan klakson di malam hari ketika melewati tempat mereka tinggal, agar mereka menyingkir dan tidak tertabrak? Mungkin benar ada makhluk-makhluk peta yang tinggal di sana, tetapi kita seharusnya tetap berkendara dengan hati-hati dan disertai tingkat kewaspadaan yang tinggi. Alih-alih membunyikan klakson, seyogianya kita memancarkan metta, bergumam seraya membisikkan: "Semoga semua makhluk hidup berbahagia" atau "Sabbe sattā bhavantu sukhitattā".

 

Orang zaman sekarang dengan bangganya berkata: "Kami orang yang rasional, kami tidak percaya pada takhyul." Apakah ungkapan itu benar? Memang salah satu ciri takhyul adalah isinya yang tidak logis, atau berlawanan dengan ilmu pengetahuan modern. Tetapi apakah benar manusia zaman kita telah terbebas dari irasionalitas atau sesuatu yang tidak masuk akal? Cornelis Anthonie van Peursen (lahir 1920), seorang filsuf kebudayaan Belanda, dalam bukunya Strategie van de Cultuur (buku ini telah diindonesiakan dengan judul Strategi Kebudayaan), menulis: "Keberadaan irasionalitas biasanya dihubungkan dengan budaya yang ada pada masyarakat. Kebudayaan merupakan perwujudan dari kehidupan oleh setiap orang maupun setiap kelompok. Adanya tayangan iklan yang mengandung unsur kebudayaan pada masyarakat akan berpengaruh pula terhadap kebiasaan atau budaya yang ada pada masyarakat tersebut." Kutipan tesebut membuktikan bahwa kebudayaan dapat meliputi semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia, seperti cara seseorang dalam menyikapi atau menghayati suatu kematian, tata cara seseorang dalam berpakaian, cara mengolah makanan, cara berkehidupan dalam masyarakat, cara menyambut sesuatu hal atau peristiwa yang dianggap penting, dan sebagainya.

 

Barangkali contoh sederhana ini bisa membuat Anda mengerti bagaimana orang modern bisa terjebak dalam irasionalitas. Sebenarnya Anda tidak terlalu ambil pusing perihal uang tabungan Anda yang tidak seberapa besar jumlahnya yang disimpan di satu rekening bank. Dengan tingkat bunga yang tidak seberapa, bunga yang dihasilkan setiap tahunnya pun tidak berarti, namun uang itu tersimpan dengan aman. Akan tetapi daya bujuk sang influencer, teman yang baru Anda kenal, itu sungguh luar biasa. Dia bisa membujuk Anda menciptakan khayalan atau pemikiran artifisial seperti ini: “Bahwa dengan menyimpan uang Anda ketimbang menabungnya di Bank, Anda cukup mendepositokan sejumlah uang di rekening tertentu. Kemudian, pemilik dana menebak apakah pasar akan jatuh atau naik dan pengguna juga diminta untuk memilih durasi waktu bertaruh. Adapun waktunya terdiri dari dua pilihan, yakni dalam jangka waktu yang singkat ataupun panjang. Setelah memasuki batas waktu, maka trading akan ditutup secara otomatis. Jika tebakan Anda benar, maka Anda berhak mendapat keuntungan sesuai dengan asset yang didepositkan. Akan tetapi, jika tebakannya salah, maka pengguna akan kehilangan sejumlah uang yang telah diinvestasikan. Sang influencer melanjutkan: "Ayolah, nanti Bapak/Ibu kami undang untuk melihat presentasi kami di Zoom. Pembawa acaranya seorang aktris terkenal dan ada juga seorang crazy rich." 'Khayalan' itu pun merasuki pikiran Anda, memperlemah daya kritis Anda, sampai pada akhirnya Anda berkata: "Aku ikut."

 

Maka mulailah Anda berinvestasi. Mulanya cuma satu juta rupiah, dan dalam tempo tidak terlalu lama sudah ada hasilnya. Puas karena uang simpanan bertambah, Anda tambah lagi investasinya hingga lima juta, dan selang berapa lama simpanan Anda bertambah lagi. Kemudian Anda menggandakan lagi taruhan Anda, bahkan sampai meminjam dana dari saudara. Namun mujur tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak. Model skema investasi yang Anda ikuti tiba-tiba ditutup oleh Pemerintah, karena masyarakat mengadu akibat ditipu oleh pihak penyelenggara. Sekarang tidak jelas nasib investasi Anda yang ditanam di sana. Anda dan puluhan ribu nasabah lainnya hanya bisa nangis-bombay, karena simpanan tersebut telah raib entah kemana.

 

Jadi benar apa yang dikatakan oleh Cak Nun atau Emha Ainum Nadjib berikut ini: "Program-program pembangunan kita memacu takhayul: mengetalasekan beribu-ribu jenis konsumsi yang tak sejati, yang sebenarnya belum tentu dibutuhkan oleh konsumen. Iklan-iklan industri adalah kendaraan budaya yang mengangkut jutaan manusia dari terminal kebutuhan ke terminal nafsu, dari kesejatian ke kepalsuan. Mereka dicetak untuk merasa rendah dan bahkan merasa tak ada, apabila tidak memiliki celana model ini dan kosmetik model itu. Merek-merek dagang adalah strata takhayul dan klenik. Para pasien di rumah sakit budaya tinggi, budaya gengsi, budaya kelas priayi, menyerbu warung-warung status modernitas, bukan untuk membeli barang, melainkan membeli anggapan-anggapan tentang barang. Salah satu wajah dunia industri modernitas adalah takhayul konsumtivisme, yang menjadi sumber bidang persaingan ekonomi, pergaulan kekuasan politik, hingga penyelewengan hukum (https://caknun.com/2022/takhayul_konsumtivisme).

 

 

sdjn/dharmaprimapustaka/220824



Tidak ada komentar:

Posting Komentar