Minggu, 09 Mei 2021

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

 



Sejak zaman purbakala ribuan tahun yang lampau manusia yang mendiami bumi ini kerap bertanya-tanya, bagaimana bumi dan alam semesta ini tercipta. Dari pengalaman mereka dunia ini begitu teratur, ada siang ada malam yang datang silih berganti dengan kepastian yang mengagumkan. Setiap pagi matahari terbit di timur dan di sore hari ia tenggelam di barat, serta siang dan malam menciptakan suasana alam yang sangat berbeda. Belum lagi musim-musim yang datang silih berganti sepanjang tahun, dan kejadian itu pun berlangsung secara ajeg dari tahun yang satu ke tahun yang berikutnya, serta kepastian itu berlangsung sepanjang masa hidup mereka. Orang-orang yang kritis akan bertanya, apakah keadaan bumi kita yang menakjubkan itu telah berlangsung sejak dulu kala? Atau barangkali baru terjadi setelah bumi dan alam semesta itu tercipta?

 

Nenek moyang kita yang sudah lama bertanya-tanya perihal permulaan dunia dan alam semesta, sedikit demi sedikit mendapatkan jawaban lewat cerita-cerita orang sezamannya yang begitu memikat dan mampu memuaskan rasa ingin tahu mereka. Cerita-cerita itu menggambarkan penciptaan alam semesta dan dunia, termasuk pula kisah manusia pertama yang mendiami dunia ini. Mitos penciptaan yang dikenal sebagai kosmogoni, mengekspresikan pemahaman leluhur kita tentang keberadaan umat manusia di dunia dan di alam semesta ini. Mitologi tentang penciptaan ini ternyata ditemukan di beberapa bangsa dan kebudayaan kuno, yang berasal dari zaman yang berbeda-beda. Sebagian kisah tentang penciptaan dunia dan alam semesta hanya dikisahkan lewat cerita lisan yang disampaikan secara turun-temurun, sedangkan sebagian lagi ditulis dalam naskah-naskah suci mereka dan terawetkan hingga masa kini. Salah satu kisah penciptaan alam semesta yang ditemukan secara kebetulan terjadi pada 1846, yakni tentang Enuma Elis. Mite yang bersumber dari kebudayaan Babilonia atau Mesopotamia ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1100 seb.M., diperoleh dari inskripsi yang tercetak di atas beberapa buah tablet tanah liat. Enuma Elis berisi epik yang mengisahkan kemenangan Marduk, yang kemudian menjadi pimpinan para dewa, atas rivalnya Tiamat, dan peristiwa tersebut sekaligus menjadi awal penciptaan dunia.

 

Dalam tulisan ini kita tidak ingin membanding-bandingkan antara satu mitos penciptaan dunia dan alam semesta yang berasal dari bangsa dan kebudayaan yang berbeda-beda, tetapi kita akan mengambil satu contoh yakni mitos penciptaan alam semesta yang berasal dari Tiongkok. Kemudian kita akan melihat sekilas kosmogoni dari pandangan sains. Tulisan ini akan ditutup dengan pertanyaan, apakah alam semesta kita ini akan berlangsung terus seperti saat ini atau akan berakhir pada satu titik tertentu.

 

Jika kita meneliti literatur Tiongkok Kuno ada kisah tentang sesosok makhluk bernama Pán Gǔ. Ia adalah leluhur yang paling awal dari segala sesuatu, tokoh yang membuka langit (atau surga) dan bumi dengan sekuat kemampuannya. Namun tragisnya, pada akhir hidupnya, ia harus mengorbankan nyawanya sendiri guna menjadi bagian dari alam semesta itu sendiri. Pan Gu (Pinyin: Pán Gǔ Shì; 盘古) bermakna "Pán" itu "cangkang telur", dan "Gǔ" berarti "mengamankan" atau "padat"; jadi secara harfiah Pan Gu tidak lain cangkang telur yang telah memadat atau mendekati saat menetasnya.

 

Selama ribuan tahun legenda Pán Gǔ yang secara menakjubkan membentuk alam semesta, disebarluaskan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Tokoh ini senantiasa dikenang sebagai satu diantara mutiara dalam cerita rakyat Tiongkok. Narasi tentang Pan Gu sendiri memiliki banyak versi, tetapi pesan yang ingin disampaikan oleh yang empunya cerita tetaplah sama. Pada zaman dahulu kala, sebelum ada apa pun di alam semesta ini, ada entitas berbentuk telur yang berukuran sangat besar. Di dalam telur purba raksasa ini, dua kekuatan yang saling berlawanan, yang oleh orang Tionghoa dikenal sebagai Yin dan Yang belumlah ada alias masih bercampur-baur dalam keadaan kacau. Serta di luar telur raksasa tidak dapat ditemukan apa pun jua, semuanya benar-benar hampa dan gelap.

 

Sekarang apa itu Yin dan Yang?  Prinsip Yin dan Yang berbunyi: semua yang ada itu merupakan pertentangan atau perlawanan yang saling tidak terpisahkan. Sebagai contohnya antara lain: wanita-pria, gelap-terang, dan tua-muda. Dua kutub yang berlawanan Yin dan Yang saling tarik-menarik, saling melengkapi satu sama lain. Dalam pemahaman kita selama ini Yin adalah kutub negatif, sedangkan Yang tidak lain kutub positif. Kutub yang satu tidak lebih unggul dibandingkan kutub yang lain. Jika terjadi penambahan tenaga pada kutub yang satu, hal ini akan menambah kekuatan pula pada kutub yang lain; sehingga keseimbangan diantara kedua kutub tetap terjaga guna mencapai keharmonisan. Berikut ini disebutkan contoh Yin: feminin, hitam, gelap, utara, air (transformasi), pasif, bulan, bumi, dingin, tua, bilangan genap, lembah, miskin, lunak.

 

Konon selama delapan-belas ribu tahun, Pán Gǔ mendekam di dalam cangkang telurnya dan di sana ia tertidur sekaligus tumbuh menjadi besar. Sampailah pada satu hari yang ditunggu-tunggu, Pán Gǔ terbangun dari lelap panjangnya, dan dia mulai membuka matanya. Tetapi yang dilihatnya hanya kegelapan dan kehampaan belaka. Dia memasang kedua telinganya baik-baik tetapi yang didapat hanya keheningan yang tidak menyenangkan. Pán Gǔ menemukan lingkungannya suram dan ditandai oleh khaos atau kekacaubalauan.

 

Pán Gǔ saat terbangun dan sadar, sedang berada di tengah-tengah telur. Dalam kebingungannya ia menyulap untuk menciptakan sebuah palu ajaib di tangan kanannya dan sebuah pahat magis di tangan kirinya. Selanjutnya Pán Gǔ mulai bekerja, membagi telur raksasa itu menjadi dua bagian, dengan bantuan palu dan pahatnya. Akhirnya telur besar itu terbelah dua dengan diiringi suara retakan bergemuruh. Perlahan- lahan Yin dan Yang mulai berpisah. Semua yang gelap dan berat tenggelam serta mulai membentuk bumi. Dan sisanya yang terang dan jernih melayang-layang, serta sedikit demi sedikit membentuk langit atau surga.

 

Setelah telur raksasa terbelah menjadi dua Pán Gǔ gembira dengan hasil kerjanya, namun di sisi lain dia khawatir bahwa kedua bagian telur itu bakal bersatu kembali. Lalu dia mendapat akal, dengan berdiri diantara dua bagian telur itu, guna menjaga mereka tetap terpisah. Dengan begitu kepalanya mendorong langit agar bagian itu semakin membumbung ke atas, sementara telapak kakinya menekan bumi ke bawah agar semakin menjauh ke bawah. Hari demi hari berlalu dan tubuh Pán Gǔ tumbuh semakin lama semakin besar.  Setiap hari lewat, langit naik sepuluh kaki lebih jauh di atasnya, dan bersamaan dengan itu bumi menebal sepuluh kaki di bawahnya, serta Pan Gu sendiri berkembang dua-puluh kaki hanya demi mengimbangi hamparan yang tumbuh, dan juga untuk memaksanya bertahan.

 

Hari pun berlanjut hingga lewat delapan-belas ribu tahun berikutnya, dan jarak antara kedua belah telur raksasa sekarang telah mencapai tiga-puluh ribu mil. Setelah dia yakin sepenuhnya bahwa kedua potongan telur raksasa itu tidak akan bersatu kembali, Pán Gǔ yang kelelahan itu pun menghentikan usaha kerasnya. Tubuh raksasanya tumbang menghantam bumi dan Pán Gǔ pun tewas. Dengan kematian Pán Gǔ bukan berarti alam semesta berhenti berkembang, namun transformasi ajaib terjadi yang akan membentuk wajah langit dan bumi selanjutnya. Napas terakhirnya berubah menjadi angin dan awan, dan suaranya menjadi gemuruh halilintar. Salah satu matanya kemudian menjadi matahari dan mata lainnya berubah menjadi bulan. Rambut dan jenggotnya menjadi jutaan bintang Bima Sakti yang berkerlap-kerlip di langit malam. Anggota tubuhnya menjelma menjadi lima pegunungan yang paling besar di Tiongkok. Darahnya berubah wujud menjadi aliran sungai dan lautan. Daging tubuhnya menjadi lahan pertanian yang subur, tulang-tulangnya berubah menjadi permata dan mineral yang berharga; gigi dan kukunya menjadi logam berkilau.  Bulu dan kulitnya bersenyawa menjadi vegetasi tumbuh-tumbuhan yang subur. Keringat yang semula keluar dari tubuhnya sekarang jatuh sebagai air hujan yang menyuburkan bumi. Dan akhirnya makhluk-makhluk kecil yang selama ini hidup di tubuh Pán Gǔ pun menjadi hewan dan manusia yang tersebar memenuhi permukaan bumi.

 

Pán Gǔ sebagai tokoh mitologi kerap digambarkan sebagai seorang pria bertubuh kerdil yang mengenakan kulit beruang, atau hanya memakai celemek daun. Dia memiliki dua tanduk di kepalanya. Di tangan kanannya dia memegang palu dan di tangan kirinya pahat, yakni dua alat yang dia gunakan dalam menjalankan tugas besarnya. Penggambaran lain memperlihatkan Pán Gǔ ditemani oleh empat makhluk gaib, yakni kuda bertanduk-satu atau unicorn, burung-api atau phoenix, kura-kura, dan naga. Visualisasi Pán Gǔ lainnya menunjukkan dia sedang memegang matahari di satu tangan dan bulan di tangan lainnya.

 

Pán Gǔ sebagai tokoh legenda yang menciptakan langit dan bumi, dianggap sesosok dewa oleh para pemujanya. Bertempat di Provinsi Guangdong pada 1809 dibangun Kuil Raja Pan Gu dengan altar pemujaan utama Dewa Pán Gǔ. Letak kuil ini di sebelah utara Kota Shiling, barat laut Distrik Huadu, pada kaki Gunung Raja Pan Gu.

 

Kita sudah mengetahui penciptaan alam semesta dari cerita kuno Tiongkok. Sekarang kita akan melihat apa yang dikatakan oleh sains tentang asal-usul alam semesta. Ilmu pengetahuan tidak menyebutkan apa yang ada sebelum alam semesta kita ini tercipta, seperti yang akan penulis jelaskan nanti. Padahal menurut pemikiran Yunani, sebelum alam semesta ini tercipta, yang ada hanyalah khaos atau kekacaubalauan semata. Setelah khaos berakhir, barulah terjadi keteraturan dan terciptalah kosmos. Dengan demikian ada kesesuaian antara mitologi Tiongkok dengan mitologi Yunani.

 

Dalam perjalanan ilmu astronomi dan kosmologi selama seratus tahun terakhir ini, kebanyakan ahli setuju bahwa alam semesta dimulai oleh sebuah Dentuman Besar (dinamakan juga big bang) yang terjadi kurang lebih 12,7 milyar tahun yang lalu. Teori ini menjelaskan bahwa alam semesta berasal dari bakal-materi-dan-energi yang super-super masif dan sangat-sangat panas, yang membesar dengan menyebarkan segala isinya. Pengembangan alam semesta sehingga makin membesar, terjadi saat bermulanya dentuman besar dan berlangsung hingga sekarang ini. Menurut perhitungan, pada satu-per-sepuluh-ribu detik sejak ledakan besar terjadi, muncullah partikel-partikel kecil yang akan membangun atom, seperti proton, elektron, dan netron. Namun untuk membentuk inti atom yang sangat kecil diperlukan waktu tiga menit. Pada saat itu temperaturnya mencapai tujuh-puluh kali suhu matahari kita. Kemudian masih diperlukan waktu selama lima-ratus-ribu tahun untuk mendinginkannya, dan membuat atom berfungsi secara sempurna. Dengan terbentuknya atom disusul dengan molekul, dimulailah pembentukan materi dasar yang kelak membentuk alam semesta.

 

Molekul yang paling banyak tercipta adalah hidrogen, yakni unsur yang paling ringan. Molekul-molekul hidrogen membentuk awan hidrogen yang disebut nebula. Nebula yang sangat panas ini berangsur-angsur membentuk bintang, dan salah satunya adalah matahari kita. Berbarengan dengan terbentuknya bintang lahir pula planet-planet di sekitarnya, sehingga sistem bintang-planet ini dinamakan tata-surya. Kumpulan tata-surya ini berkumpul kembali dalam konstelasi yang lebih besar yang dinamakan galaksi (galaksi disebut juga: "pulau alam semesta"). Galaksi yang kita diami dinamakan "Bimasakti" atau "Jalan Susu". Sesungguhnya tidak terhitung banyaknya galaksi di alam semesta ini, sehingga sukar sekali membayangkan betapa luas dan besarnya jagat raya kita ini.

 

Sekarang kita coba membandingkan legenda tentang Pan Gu dengan terciptanya alam semesta menurut sains. Dalam mite Tiongkok itu, pembentukan jagat raya bermula dari keberadaan "telur-kosmik" raksasa, yang tumbuh dalam khaos. Sedangkan teori penciptaan menyebutkan bahwa alam semesta bermula dari bakal-materi-dan-energi, yang berada di satu titik. Kemudian konsep tentang khaos yang menjadi kondisi awal juga diambil oleh para ilmuwan, dengan gagasan bahwa jagat raya senantiasa mengembang, serta ide bahwa alam semesta itu telah sedemikian tuanya. Demikian pula dengan gagasan bahwa begitu kosmos itu terbentuk, terjadi pula prinsip dualitas atau Yin dan Yang. Sedangkan pada teori kosmologi, proton dan elektron baru tercipta selang beberapa saat setelah dentuman besar. Setelah kita membandingkan antara legenda dan ilmu pengetahuan terdapat persamaan. Apakah ini kebetulan belaka? Walahualam.

 

Teori Dentuman Besar kini makin diterima keabsahannya, karena bukti pengamatan dan studi yang didasarkan pada ilmu fisika dan astronomi mendukung kebenaran teori tersebut. Dengan demikian terbukti bahwa jagat raya kita sekarang dalam keadaan mengembang. Apakah alam semesta ini akan mengembang terus-menerus di masa yang akan datang? Sebagian ilmuwan memprediksi bahwa suatu saat pemuaian akan berhenti, dari alam semesta akan menyusut. Jika ini benar terjadi, jagat raya akan semakin mengecil, serta pada saatnya akan terjadi *Remukan Besar*. Remukan Besar akan disusul segera dengan Dentuman Besar yang berikutnya, dan alam semesta akan mulai tumbuh lagi dari nol dan proses yang sama akan berulang kembali. Jika ini benar, maka kita akan mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi sebelum big bang yang lampau. Namun sekali lagi jagat raya yang diperkirakan akan menyusut di masa depan itu hanyalah prediksi, karena tidak ada bukti hal itu akan terjadi.

 

 

sdjn/dharmaprimapustaka/210505

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar