Rabu, 09 Agustus 2023

DARI LǍO ZǏ KE TAOISME


 

(Bagian Pertama dari Dua Tulisan)

 

 

Seringkali orang mengaitkan Taoisme dengan Lǎo Zǐ, dengan menganggap bahwa Lǎo Zǐ yang mengarang kitab Dào Dé Jīng adalah pendiri agama Tao. Memang tidak seratus persen salah, tetapi tidak tepat. Untuk itu kita harus membedakan antara dua pengertian yakni yang pertama adalah Sekolah Filsafat Dào atau 道家 (Dàojiā),secara harfiah bermakna "sekolah atau keluarga Tao", atau disederhanakan sebagai "filsafat Tao" atau 道學 (Dàoxué) atau "Taologi", harfiah "studi tentang Tao", yang mencakup aspek mistisnya. Doktrin filosofis ini tertuang dalam naskah 易經 (Yì Jīng, atau sering disebut orang: I Ching, dan diterjemahkan sebagai "Kitab Perubahan"), 道德經 (Dào Dé Jīng), dan 莊子 (Zhuāng Zi). Sekolah Filsafat Dào adalah satu dari seratus aliran pemikiran selama periode Negara-negara Berperang (481/403 - 221 seb.M.).

 

Sedangkan yang kedua adalah ajaran-ajaran Dào atau 道教 (Dào Jiào); sering diartikan sebagai "agama Tao" yang sebenarnya, atau aspek "liturgi" dari Taoisme. Sebuah gerakan keagamaan terorganisir yang berbagi konsep atau terminologi dengan "filsafat Tao", yang baru muncul beberapa ratus tahun setelah Lǎo Zǐ mangkat. Perbedaan antara keduanya telah memicu perdebatan secara berkelanjutan, terutama setelah pemikir-pemikir Barat mempelajari ajaran dan filsafat Timur, dan mengutarakan analisa mereka masing-masing. Penulis tidak akan memuat perdebatan-perdebatan tersebut, tetapi ingin mengambil pendapat dari Dr. Kiang Kang-Hu atau Jiāng Kànghǔ (江亢虎, 18-Jul-1883 - 7-Des-1954), seorang politikus dan aktivis yang berdiam di Republik Tiongkok. Dr Jiāng dalam bukunya Chinese Civilization, Shanghai, 1935, menyatakan bahwa antara filsafat Taoisme dengan agama Tao sangatlah berbeda, sehingga orang tidak mungkin menemukan kesamaan di antara keduanya.

 

Pada artikel yang lalu, yakni dalam "Lǎo Zǐ dan Taoisme", dikisahkan tentang riwayat hidup Lǎo Zǐ dan karyanya Dào Dé Jīng. Sekarang kita bahas Zhuāng Zǐ, yang hidup antara tahun 403-221 seb.M., yang dianggap sebagai tokoh yang amat penting dalam filsafat Taoisme setelah Lǎo Zǐ sendiri. Hasil karya beliau diberi judul oleh Kaisar Táng dengan nama 庄子 atau "Zhuāngzǐ" atau Nánhuá Jīng (华经). Menurut Shǐjì (史記) atau "Kitab Sejarah", beliau bernama Zhōu () dengan nama kehormatan Zi Xiū (子休), tetapi riwayat hidupnya tidak dapat dikatakan cukup lengkap. Dia berasal dari Méng () di Negara Sòng, 宋國 (Sòng guó). Dalam buku _Zhuāngzǐ_, beliau diceritakan pernah menjadi pejabat dengan jabatan sebagai Qī Yuán Lì (漆園吏), sehingga dijuluki juga sebagai pejabat Méng, 蒙吏 (Méng Lì). Dikisahkan bahwa dia hidup semasa bertatahnya Raja Liáng Huì Wáng (梁惠王) dan Qí Xuān Wáng (齐宣王).

 

Intelektualitasnya sangat tinggi, karangannya sangat bagus, alur pemikirannya sealiran dengan Lǎo Zǐ. Meyakini filsafat hidupnya, dia dengan sengit mengeritik Rú Jiā (儒家) atau filsafat Konfusianisme dan Mò Jiā (墨家) atau Mohisme, sehingga dia menjadi tokoh yang sangat populer pada zaman itu. Walaupun pada kala itu Kǒng Zǐ dan Mò Zǐ menjadi tokoh utama dan sangat terkenal, namun kritikan Zhuāngzǐ terhadap kedua tokoh tersebut sangat tajam sekali. Argumentasinya dan isinya sangat dalam dan begitu bebas mengalir, paduan antara satire dan perenungan, sehingga dia bertindak layaknya orang urakan zaman kuno.

 

Memang Zhuāngzǐ ini paling pandai membuat cerita-cerita dan fabel yang mengadung arti filsafat yang sangat dalam. Cerita-cerita dan fabelnya menunjukkan pribadinya yang mendambakan kebebasan hakiki yang alami. Menurut cerita, Raja Wēi () dari negara Chǔ (), mengutus dua pejabat tingginya untuk membujuk agar sang filsuf bersedia menjadi perdana menteri. Mereka menemui Zhuāngzǐ yang sedang memancing. Tanpa menengok ke arah tamunya, si tuan rumah berkata, "saya pernah mendengar, di negara Chǔ ada selembar kulit penyu yang sangat bertuah. Tetapi lebih baik mana: kura-kura itu mati dan kulitnya dihormati sedemikian rupa, atau kura-kura lainnya yang hidup dan menyeret ekornya di lumpur?"

 

Pilihan Zhuāngzǐ jelas. Dia lebih baik menyeret ekornya di lumpur, ketimbang hidup dengan kekuasaan yang membelenggu dirinya. Dia ingin bebas. Ada yang mengatakan, bahwasanya dialah anarkis paling awal dalam sejarah.

 

Dalam bukunya "Serba-serbi Catatan", Zhuāngzǐ menulis. Sekali waktu karena miskinnya, dia kehabisan uang untuk membeli beras. Lalu dia pergi ke seorang bangsawan bernama Lán Hé Hóu (蓝河侯), dan bermaksud meminjam beras. Lán, kenalan Zhuāngzǐ ini, adalah penjaga pintu air irigasi, yang keadaannya lebih berkecukupan dibandingkan rakyat di sekitarnya. Lán menjawab: "Baiklah," dengan muka sedikit masam, "tidak lama lagi saya akan pergi ke daerah seberang untuk menagih pajak air. Setelah selesai, saya akan pinjamkan tuan 300 tail emas. Bagaimana?" Zhuāngzǐ dengan tenang berkata: "Tadi ketika saya akan ke sini, di jalan saya mendengar suara rintihan. Setelah saya telusuri, ternyata di satu saluran air pinggir jalan yang tergilas oleh sebuah kereta kuda yang mogok, air saluran itu sudah mulai tersumbat dan mengering. Di sana ada seekor ikan yang megap-megap kekurangan air. Lalu saya bertanya kepada sang ikan malang tersebut: 'Ikan kecil, kamu kenapa?' Ikan itu menjawab: 'Saya ini adalah pejabat kecil dari kerajaan laut timur. Saya terdampar oleh ombak besar ketika melakukan tugas dekat pantai, kini terjebak di selokan ini dan kekurangan air. Sudikah tuan tolong ambilkan air seember untuk menolong saya?' Selanjutnya saya beri tahu ikan tersebut: 'Baiklah. Sekarang saya akan pergi ke Raja Yue dan Wu di pantai selatan. Saya akan gali kanal untuk mengalirkan air laut kemari, untuk menolong kamu. Bagaimana?' Ikan itu menjawab: 'Sekarang ini saya sedang sekarat, kamu cukup beri saya beberapa liter air sudah bisa menyambung hidup saya. Tetapi kamu justru kini memberi janji-janji surga dengan akan membawa air dari laut timur, dan segala macam argumentasi lainnya. Jika begitu, ketika tuan kembali ke sini lagi, lebih baik tuan cari saya di pasar, dalam warung ikan asin. Saya pasti bisa ditemukan di sana.' "

 

Sekali waktu isteri Zhuāngzǐ meninggal dunia. Ketika Huìzi (惠子) datang untuk menyampaikan bela sungkawa, dia mendapatkan Zhuāngzǐ duduk dengan kaki terlentang sambil bernyanyi dan memukul-mukul bak mandi. Huizu berseru: "Kamu tinggal bersamanya selama ini. Dia membesarkan anak-anakmu hingga sepuh. Jika engkau tidak menangisi kematiannya terserah kepadamu. Tetapi menggedor-gedor bak mandi dan bernyanyi, bukankah ini tindakan yang keterlaluan?"

 

Zhuāngzǐ menjawab: "Kamu keliru. Ketika aku tahu dia baru saja meninggal, apakah aku tidak berduka seperti orang lain? Tetapi aku melihat kembali ke awal dan waktu sebelum dia lahir. Tidak hanya waktu sebelum dia lahir, tetapi waktu sebelum dia memiliki tubuh. Bukan hanya waktu sebelum memiliki tubuh, tetapi kala sebelum dia memiliki roh. Di tengah campur aduk keajaiban dan misteri, terjadi perubahan dan dia memiliki roh. Perubahan pun berlangsung dan dia memiliki tubuh. Perubahan selanjutnya, dia lahir. Sekarang ada perubahan lain, dan dia mati. Bukankah ini seperti pergantian empat musim? Musim semi, musim panas, musim gugur, lalu musim dingin?"

 

"Sekarang dia akan berbaring dengan damai di ruangan yang luas. Jika aku mengikutinya setelah dia menangis dan aku ikut menangis, itu akan menunjukkan bahwa aku tidak mengerti apa-apa tentang takdir. Jadi aku berhenti." (Zhuāngzǐ : "Perubahan, kematian, pemakaman, kesedihan.").

 

Begitulah kisah-kisah inspiratif dari Zhuāngzǐ, yang jika dikaji lebih jauh ternyata bersesuaian dengan ajaran Lǎo Zǐ. Para pembaca bisa mencari sendiri kisah-kisah Zhuāngzǐ lainnya. Di samping Kitab Dào Dé Jīng dan Zhuāngzǐ, masih ada naskah lainnya yang ditulis oleh Liè Yǔ Kòu (列圄寇, hidup sekitar tahun 400 seb.M.), yakni Liè Zǐ (列子). Selama masa pemerintahan Kaisar Xuán Zōng dari Táng, Liè Zǐ ditetapkan melengkapi trilogi karya klasik Taois bersama dengan dengan Dào Dé Jīng dan Zhuāngzǐ yang lebih terkenal.

 

Sekarang kita akan meninjau kelahiran Dào Jiào atau Agama Tao. Sang pendiri dikenal sebagai Zhāng Líng (张陵, Hokkian: Chang Ling). Dia juga memiliki panggilan kesopanan Fǔ Hàn (辅汉). Menurut legenda, dia adalah cucu kedelapan Zhang Liang (张良), pahlawan pendiri Dinasti Han Barat. Ayah Zhāng Líng adalah Zhāng Dà Shùn (张大顺), yang ahli dalam seni keabadian, Dia menyebut dirinya "Tóng Bǎi Zhēn Rén" (桐柏真人), dan setelah mendapatkan seorang anak laki-laki, dia menamainya "Líng". Zhāng Líng dilahirkan tahun 35 Masehi, pada masa pemerintahan Kaisar Guāng Wǔ Dì (光武帝) dari Dinasti Hàn, di Tiān Mù Shān (天目山), propinsi Zhè Jiāng (浙江). Zhāng Líng sangat cerdas sejak dia masih kecil, dan dia telah membaca Dào Dé Jīng pada usia tujuh tahun. Ketika dia menjadi sarjana Tài Xué (太学, sarjana dari perguruan tinggi yang dikelola oleh Kekaisaran), dia akrab dengan kitab-kitab Lima Klasik, astronomi, geografi, serta ilmu pengetahuan lainnya yang diajarkan di zaman itu. Tetapi dia sering mengeluh bahwa buku-buku yang dibacanya tidak dapat menyelesaikan masalah hidup dan mati, sehingga dia meninggalkan Konfusianisme dan mempelajari jalan umur panjang.

 

Ketika Zhāng Líng berusia 26 tahun, dia diangkat sebagai seorang pejabat, tetapi tidak lama kemudian dia mengundurkan diri dari jabatannya dan tinggal dalam pengasingan di Gunung Běi Máng Shān (北邙山); sekarang gunung ini terletak di Luoyang Utara, Provinsi Henan. Selanjutnya dia mempelajari Taoisme secara intensif. Setelah itu dia mulai dipanggil dengan nama 张道 atau Zhāng Dào Líng. Kaisar Zhāng (章帝) dan Kaisar Hé (和帝), dari Dinasti Hàn berturut-turut merekrutnya sebagai Tài Fù (太傅) dan Jì Xiàn Hóu (县侯), namun dalam tempo yang tidak terlalu lama Zhāng Dào Líng tidak puas dan dia mengundurkan diri.

 

Setelah itu, Zhāng Dào Líng mulai melakukan perjalanan ke pegunungan dan sungai terkenal, mempelajari dan mempraktikkan Taoisme, serta mencari keabadian. Pertama, dia melakukan perjalanan ke selatan ke Sungai Huái Hé (淮河) dan tinggal di Gunung Tóng Bǎi Tàipíng Shān (桐柏太平山). Kemudian, dia menyeberangi selatan Sungai Yangtze atau Cháng Jiāng (长江) bersama murid-muridnya Wáng Zhǎng () dan Zhào Shēng (赵升). Mereka pergi ke Gunung Yún Jǐn Shān (锦山) di Kabupaten Guì Xī (贵溪), Provinsi Jiāng Xī (江西). Gunung Yún Jǐn memiliki pegunungan yang indah, air yang jernih, dan suasana yang tenang. Pegunungan itu merupakan habitat dari makhluk abadi kuno. Zhāng Dào Líng tinggal di sebuah gubuk di gunung dan membangun sebuah altar untuk berlatih alkimia-internal. Dikatakan bahwa tiga tahun kemudian, pil ajaib telah didapatkannya, serta naga dan harimau muncul, sehingga gunung itu juga disebut gunung Lóng Hǔ Shān (龙虎山). Saat itu, Zhāng Dào Líng telah berusia 60 tahun, dan dia mendengar bahwa adat istiadat rakyat di Sìchuān (四川) sedang dalam keadaan murni dan mereka baik hati serta dapat dididik dengan mudah, jadi dia dan para siswanya pindah ke Gunung Hè Míng Shān (鹤鸣山) di Sìchuān.

 

Zhāng Dào Líng kemudian menetap lama di Pegunungan Hé Míng Shān dan mendalami Dào di sana sambil menyempurnakan cara membuat obat panjang umur. Suatu hari saat sedang meramu obat Lóng Hǔ Dān (龍虎丹), sesosok dewa datang menghampiri dan memintanya pergi ke Gunung Sōng Shān (嵩山), di propinsi Hénán (河南). Di sana di dalam sebuah gua batu, Zhāng menemukan kitab-kitab kuno peninggalan Sang Tiga Kaisar (三皇, Sān Huáng), juga tempat persembahyangan kuno peninggalan Kaisar Kuning, Huáng Dì (黃帝).

 

Setelah mempelajari isi kitab-kitab kuno itu, Zhāng mendapat kemampuan melayang tinggi dan memiliki pendengaran sampai ke tempat yang jauh. Lebih dari itu sukmanya pun dapat keluar dari raganya.

 

Demikianlah Zhāng Dào Líng lalu mengembara ke berbagai tempat, terutama di kawasan gunung-gunung yang berada di Tiongkok. Sebelum memberikan ajarannya dia akan melihat apakah mereka termasuk orang-orang yang jujur ​​dan baik hati, mudah dididik, dan dan bermanfaat bagi tegaknya pendidikan. Ucapan yang sering dilontarkan kepada para siswanya: "Saya ingin menggunakan jimat dan pil untuk mengobati orang." Pada tahun keenam Yǒnghé (Tahun 141 M.), Zhāng Dào Líng menulis Kitab Suci Dào 24 (24, Dào Shū 24 Piān). Dia menyebut dirinya " Xuányuán dari Tàiqīng (太清玄元, Tài Qīng Xuán Yuán)", merekrut murid dan mendirikan pengajaran, serta mendirikan organisasi dasar Dào Jiào. Mereka yang menjadi pengikutnya wajib menyumbang lima takar beras setiap tahunnya. Satu takar beras isinya kurang lebih 7,5 liter.

 

Zhāng Dào Líng di mata para pengikutnya dianggap sebagai Guru Surgawi Zhāng (张天师, Zhāng Tiān Shī), atau Guru Surgawi Leluhur (祖天师, Zǔ Tiān Shī) atau Zhèng Yī Zhēn Rén (正一真人). Murid-muridnya mencapai puluhan ribu oramg. Dia menggunakan jimat dan mantra untuk menyembuhkan orang. Dia juga mengajari orang cara mendapatkan garam, dan generasi selanjutnya menyebutnya Líng Jǐng (陵井); yakni menambang garam dari air sumur asin, kemudian merebusnya hingga menghasilkan endapan kristal. Sebagai pimpinan puncak satu sekte keagamaan Zhāng mengelola sistem kerja bagi para siswanya secara bergiliran, dan mereka mampu berswasembada untuk menghasilkan beras, peralatan memintal dan menenun sutera, menebang kayu, serta melakukan berbagai macam pekerjaan untuk menghidupkan organisasinya. Seluruh titahnya dijalankan dan tidak ada hukuman yang dijatuhkan, serta orang-orang diperintah dengan moralitas yang baik.

 

Menurut legenda, pada tanggal 15 bulan pertama tahun pertama pemerintahan Kaisar Shùn dari Dinasti Hàn, yakni tahun 142 M., Tài Shàng Lǎo Jūn (太上老君) datang ke tempat kediamannya dan mengajari Zhāng Dào Líng "Jalan Zhèng Yī Méng Wēi ZDào (正一盟威之道) atau Jalan Kekuatan Sekutu Zhèng Yī". Sang Mahadewa memintanya pergi ke Gunung Qīng Chéng Shān (青城山), dengan dibekali berbagai jenis pusaka wasiat. Di sana Zhāng diminta untuk menaklukkan enam sosok raja siluman yang kerap meneror rakyat. Para siluman itu berhasil ditundukkan dan ditaklukkannya, dan mereka minta ampun dan berjanji tidak akan mengganggu rakyat lagi. Peristiwa yang luar biasa ini meneguhkan Zhāng Dào Líng dalam mendirikan Taoisme. Dia menghormati Lǎo Zǐ sebagai sang Patriakh, dan menerima "Dào" sebagai kepercayaan tertinggi.

 

Zhāng Dào Líng dikenang oleh para pengikutnya sebagai pendiri dari Dào Jiào (道教), agama Dào () yang didasarkan pada filsafat Taoisme. Keahliannya membuat obat-obatan panjang umur yang diperolehnya dari buku-buku kuno, dan menciptakan berbagai jimat atau () atau Hu (Hokkian) untuk menolak berbagai macam penyakit dan bencana, masih dilakukan oleh para penerusnya. Selain itu penganut Dào mulai menjalankan praktik pengobatan dan mampu menghalau iblis. Pada tahun kedua Yǒngshòu (Tahun 156 M.), Zhāng Dào Líng meninggal dunia pada usia 123 tahun. Pada tahun ketujuh Tiānbǎo (Tahun 748 M.), oleh Kaisar Xuán Zōng dari Dinasti Táng, Zhāng Dào Líng dianugerahkan gelar Tài Shī () atau "Guru Agung", karena melestarikan buku kuno Lǎo Zǐ.

 

 

(Bersambung)

 

 

sdjn/dharmaprimapustaka/230809

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar