Kamis, 04 November 2021

AIR SUCI DAN AIR BIASA

 



Tersebutlah kisah seorang umat yang biasa bersembahyang di sebuah kelenteng, merasa depresi karena penyakit asma yang dideritanya nyaris membuatnya putus asa. Jika penyakit itu sudah kumat, menarik napas saja terasa berat dan dada tersayat nyeri. Entah sudah berapa banyak dokter yang dikunjunginya, namun kerap penyakitnya kambuh kembali. Pengobatan alternatif pun sudah dijalani sesuai dengan anjuran kerabat dan sahabatnya, namun hasilnya tetap saja tidak memuaskan.

 

Satu hari kebetulan setelah selesai bersembahyang di bio atau kelenteng yang biasa dia kunjungi, dia bertemu dengan Suhu (biarawan) yang sebenarnya sudah lama tinggal di rumah ibadah tersebut. Keduanya lalu terlibat dalam pembicaraan yang serius. Lelaki itu menceritakan sekilas kehidupannya dan dia banyak mengeluhkan tentang penyakitnya, yang sudah kronis dan merongrong aktivitasnya sehari-hari. Sang Suhu mendengarkan keluh-kesahnya dengan sabar, lalu dia pergi ke altar utama, mengambil sebuah botol berisi air, dan menyerahkannya kepada lelaki umat awam itu. "Air apa yang ada di dalam botol ini, Suhu?" kata lelaki itu. "Botol ini berisi air minum yang berasal dari sumur di bio ini dan sudah cukup lama diletakkan di altar. Air di botol ini sudah diberkahi oleh Kongco." Lebih lanjut Suhu menyarankan, air itu sebaiknya diminum dua atau tiga kali sehari. Cara pemakaiannya, cukup diambil satu dua tetes dari botol itu, kemudian dicampur dengan segelas air minum di rumah.

 

Lelaki umat awam itu kemudian menuruti nasihat sang Suhu, dan dia minum air yang telah diberkati oleh Kongco tiga kali sehari, sesuai dengan anjuran yang telah disampaikan. Setelah dia minum air pemberian Suhu secara teratur, anehnya gejala penyakitnya berangsur-angsur semakin jarang kambuh, dan dia merasakan tubuhnya semakin nyaman. Lewat beberapa minggu air di dalam botol itu semakin berkurang, dan dia pun kembali ke bio, menemui Suhu dan meminta air kembali. Demikianlah sampai dia menghabiskan tiga botol air dari Kongco, dan setelah itu tidak pernah terdengar dia mengeluhkan penyakitnya itu lagi.

 

Anda para pembaca pasti memiliki komentar masing-masing saat mendengar cerita di atas. Sebagian percaya bahwa memang air yang diberikan Suhu itu memiliki khasiat atau mukjizat yang bisa menyembuhkan penyakit. Sebagian lagi menganggap cerita yang dipaparkan di atas cuma sekedar omong kosong atau bullshit, atau skeptis bahwa kisah itu benar-benar terjadi. Jika memang air itu sungguh-sungguh berkhasiat muncul lagi spekulasi, apa yang membuatnya menjadi obat yang mujarab, antara lain: (1) air sumur yang berasal dari lahan kelenteng itu bisa menyembuhkan penyakit, (2) air itu berkhasiat karena diletakkan di altar utama dan langsung mendapat berkah dari Kongco, (3) air itu manjur dalam menyembuhkan penyakit, karena senantiasa disembahyangi oleh Suhu dan atau didoakan oleh umat kelenteng.

 

Kita tidak akan berdebat atau menebak mana diantara kemungkinan di atas yang paling mendekati kebenaran. Kita hendak menyelidiki seberapa kuat pikiran manusia yang jika diarahkan, akan mampu mengubah kualitas air. Penulis mau mengajak Anda sekalian untuk melakukan sendiri eksperimen yang sederhana, mudah, dan murah berikut ini.

 

Untuk melakukan sendiri eksperimen ini Anda cukup menyediakan tiga kemasan air mineral yang bisa dibeli dengan mudah di toko seperti Indomaret atau Alfamart. Agar mudah ditangani dan dipindahkan pilihlah kemasan galon-mini yang berisi lima liter air. Jika sulit mendapatkan kemasan galon-mini, Anda bisa menukarnya dengan sembilan buah kemasan botol plastik berkapasitas @ satu-setengah liter. Tiga buah kemasan galon-mini atau sembilan botol itu harus dari merek yang sama dan tanggal produksinya juga sama. Dengan demikian ketiga paket kemasan air mineral itu identik karena masuk dalam batch produksi yang sama. Selanjutnya untuk memudahkan identifikasi, kemasan wadah itu diberi tempelan stiker-berwarna, masing-masing warna hijau, merah, dan kuning (jika memakai botol 1,5 liter ada tiga yang hijau, tiga yang merah, dan seterusnya). Kemudian letakanlah tiga paket air kemasan itu di kamar atau ruangan tertutup yang berbeda-beda. Misalnya satu di kamar tidur, satu di ruang tamu, dan satu lagi di dapur.

 

Begitu dipilih penempatannya, masing-masing paket kemasan air mineral ini harus berada di tempat semula, tidak boleh dipindah-pindahkan hingga eksperimen kita berakhir. Mudah bukan? Kemudian kita akan melakukan ritual, yang merupakan bagian paling penting dari percobaan ini. Pada paket kemasan air warna hijau kita akan menyampaikan kata-kata positif, sedangkan pada paket kemasan air warna merah kita akan mengekspresikan kata-kata negatif. Dalam melakukannya Anda boleh membisikkan kata-kata itu ke dekat galon atau botol tersebut, bisa juga mengatakannya dengan suara lantang, atau jika perlu sedikit berteriak. Lakukanlah narasi kata-kata itu paling tidak tiga kali sehari. Tapi jangan sampai keliru! Hanya kata-kata positif untuk si hijau dan kata-kata negatif untuk si merah.

 

Apa itu kata positif dan mana kata negatif? Contoh rangkaian kata positif: "Wahai Air! Bagaimana kabarmu hari ini? Rupamu bening, bersih, dan cerah! Kamu membuat hatiku gembira! Parasmu elok dan jiwamu murni! Aku cinta kamu! Memandangmu hatiku pun damai! Terima kasih Air!" Berikut ini contoh untaian kata negatif: "Dasar Air sialan! Kamu bodoh! Engkau membuatku jijik! Kamu memuakkan! Engkau jahat! Enyahlah dari hadapanku! Gara-gara kamu aku jadi susah! Cepat minggat!" Tentu ada diantara Anda yang bertanya, apa yang harus kita lakukan pada paket kemasan air dengan stiker kuning? Paket kemasan yang ketiga ini tidak diapa-apakan. Kata anak sekarang: dicuekin. Jadi Anda biarkan saja di tempatnya. Anggaplah dia tidak ada.

 

Demikianlah Anda lakukan ritual pengucapan rangkaian kata positif dan negatif pada paket kemasan air berstiker hijau dan merah secara teratur setiap hari selama satu bulan. Sekarang sudah genap tiga-puluh hari sejak kita memulai eksperimen itu. Kita akan melihat hasilnya. Pertama kita buka dulu paket kemasan air dengan stiker kuning. Setelah dicicipi ternyata rasa airnya tidak enak dan baunya sedikit apek. Ternyata tidak adanya perhatian membuat kualitas air menjadi menurun atau membuatnya basi. Kemudian kita buka segel tutup wadah untuk kemasan merah. Setelah dicoba dan dirasakan, mutu airnya tidak berbeda jauh dengan yang pertama. Sekali lagi, rasanya sedikit payau dan baunya tidak enak. Terakhir kita buka paket kemasan air yang berwarna hijau. Hasilnya? Ternyata aroma airnya segar, mirip seperti kita meminum air-pegunungan, dan rasa airnya juga enak. Kayak ada manis-manisnya.

 

Mungkin ada diantara Anda yang mencibir bahwa percobaan di atas terlalu mengada-ada, dan tidak mungkin sejumlah massa air bisa berubah rasa dan aromanya setelah dibisikkan, didoakan, atau disumpahi dengan kata-kata tertentu. Masaru Emoto, seorang ilmuwan Jepang, pernah melakukan sejumlah percobaan terhadap air. Emoto melakukan eksperimen yang mirip dengan contoh kita di atas, tetapi dia melangkah lebih jauh. Tetesan air dari botol-botol ini kemudian ditempatkan pada satu irisan-bidang dan dibekukan untuk membentuk kepingan es seperti kepingan salju. Temuannya sangat mencengangkan. Kristal yang terbentuk dari air dengan kata-kata positif ternyata lebih geometris dan estetis, sedangkan kristal yang berasal dari air dengan pesan negatif memiliki bentuk kacau dan tidak seragam.

 

Siapa itu Emoto? Masaru Emoto (22-Jul-1943 - 17-Okt-2014) pada tahun 2008 menerbitkan temuannya di Journal of Scientific Exploration, setelah melakukan penelitian intensif terhadap struktur molekul air selama bertahun-tahun. Lebih dari dua ribu foto kristal air terdapat di dalam buku yang dikarangnya: Message from water (Pesan dari Air). Emoto mengatakan bahwa air adalah "cetak biru terhadap realitas kita" dan bahwa "energi" dan "getaran" yang emosional dapat mengubah struktur fisiknya. Eksperimen kristal airnya dilakukan dengan menempatkan air di dalam gelas, kemudian dia memaparkan kata, gambar, atau musik. Selanjutnya dia membekukan sampel air tersebut, dan memeriksa sifat estetika kristal es dengan bantuan fotografi mikroskopis. Dia mengklaim bahwa air yang terkena ucapan dan pikiran positif menciptakan kristal es yang "menyenangkan" secara visual, serta niat dan tindakan negatif menghasilkan formasi es yang "jelek".

 

Dalam bukunya yang lain, The Hidden Message in Water, Prof. Masaru Emoto pernah mencoba segelas air diperdengarkan dengan musik yang keras dan sedih (Heavy Metal dan "Farewell Song" dari Chopin), dan hasilnya molekul air sama sekali tidak membentuk kristal. Selanjutnya segelas air yang lain dari sumber yang sama diperdengarkan musik yang lembut dan indah karya Beethoven dan Mozart, dan ternyata molekul air membentuk kristal yang cantik. Kesimpulannya, partikel kristal air terlihat menjadi “indah” dan “mengagumkan” apabila mendapat reaksi positif di sekitarnya, misalnya diliputi oleh kegembiraan dan kebahagiaan. Namun partikel kristal air terlihat menjadi “buruk” dan “tidak sedap dipandang mata” apabila mendapat efek negatif disekitarnya, seperti dipaparkan dengan kesedihan dan bencana. Dalam bukunya, Prof. Emoto juga menegaskan ada kemungkinan seseorang dapat sembuh setelah meminum air yang sudah didoakan, karena air itu membawa pesan dari orang yang mendoakannya.

 

Kita kembali kepada air yang manjur, berkhasiat, mujarab, bertuah, atau apa pun sebutannya. Air itu dinamakan air suci, yang berbeda dengan air kebanyakan. Air suci membawa manfaat, kegunaan, dan kemaslahatan bagi mereka yang yakin dan percaya. Bagi mereka tidaklah penting alasan atau penyebab yang membuat air itu menjadi air suci. Umat berbagai agama juga yakin dan percaya air yang diambil dari situs yang sakral layak dikategorikan sebagai air suci. Umat Islam percaya air Zamzam yang diambil dari sumur di kawasan Masjidil Haram dianggap sebagai air suci. Banyak peziarah yang melaksanakan ibadah Haji dan Umrah membawa pulang air Zamzam sebagai oleh-oleh. Air Lourdes dipercaya merupakan air suci bagi umat Katolik. Air ini berasal dari mata air di pegunungan Pyrenees, Perancis Selatan. Setiap tahun dari Maret hingga Oktober banyak peziarah datang ke sini, untuk mendapatkan berkah dan penyembuhan. Air suci bukan hanya berkhasiat untuk penyembuhan penyakit, tetapi juga manjur sebagai pelepas dahaga, memberikan berkah bagi mereka yang menyimpannya, mampu menangkal pengaruh buruk, bahkan dapat membersihkan dosa bagi yang menggunakannya.

 

Umat Buddha sendiri memiliki situs sakral sendiri yang kerap dikunjungi dan diambil airnya untuk kepentingan upacara agung. Lokasi itu adalah Umbul Jumprit, satu kawasan mata air di lereng Gunung Sindoro di sebelah barat Kota Temanggung. Sejak zaman Majapahit Umbul Jumprit telah menjadi tempat pertapaan bagi para penganut Shiwa-Buddha. Sejak tahun 1987 mata air tersebut dijadikan tempat mengambil air suci untuk ritual perayaan Waisak Nasional di Candi Borobudur.

 

Berbincang-bincang tentang air suci, sebuah vihara kuno yang dinamakan Wat Toom, terkenal dengan rupang Buddha kuno, yang oleh masyarakat diklaim sebagai sumber air suci yang misterius. Wat yang terletak di Ayutthaya Thailand ini telah lama termasyhur di kalangan penduduk, yang datang untuk melakukan pujabakti di hadapan rupang Luang Phor Thong Suk Samrit, sebuah patung Buddha dari perunggu dengan mudra bhumisparsha (bumi menjadi saksi). Bagian yang istimewa dari patung Buddha ini terletak pada bagian atas kepalanya, yang dapat dibuka dan terdapat rongga di dalamnya yang mengeluarkan air setiap saat. Menurut Wichai Sanguanpath, seorang petugas vihara, air tersebut merembes 'seolah-olah itu adalah keringat'. "Airnya tidak pernah mengering," kata Wichai. Pada hari uposatha setiap bulannya, serta hari-hari penting lainnya dalam kalender Buddhis, dilakukan pujabakti untuk membuka bagian atas kepala rupang Buddha, dan air yang sudah terkumpul di dalamnya diambil. Air suci tersebut kemudian dicampur dengan air bersih dalam sebuah wadah besar serta dibagikan kepada para pengunjung dan umat setempat. Banyak orang mengambil air suci tersebut dalam wadah yang telah mereka persiapkan untuk dibawa pulang. Masyarakat setempat percaya bahwa air suci dari patung Luang Phor Thong Suk dapat menyembuhkan penyakit dan membawa keberuntungan (Bangkok Post, Senin 1-Apr-2019).

Dalam pujabakti yang dilakukan di vihara dan dipimpin oleh rahib Buddhis, umumnya seksi acara telah menyiapkan air upacara yang ditempatkan pada sebuah patha atau mangkuk-bhikkhu. Selama upacara patha berisi air itu diletakkan di altar, dan sepanjang acara pujabakti air itu telah menerima getaran-getaran positif lewat pemanjatan paritta suci. Pada penghujung upacara, Bhante atau Ayya akan membawa patha itu berkeliling hingga mencapai barisan umat yang duduk di baris belakang. Dengan bantuan sebuah sapu kecil sejumput air diambil, lalu seluruh umat yang hadir dikepret secara bergiliran dengan air suci itu. Percikan air membasahi wajah dan pakaian penulis, tapi hati ini senang karena sudah lengkap mengikuti pujabakti dan menerima air suci yang penuh berkah.

 

 

sdjn/dharmaprimapustaka/211103

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar