Minggu, 01 Desember 2019

MASIH PERLUKAH DITULIS BUKU RIWAYAT HIDUP SANG BUDDHA?

MASIH PERLUKAH DITULIS BUKU RIWAYAT HIDUP SANG BUDDHA?


Judul Buku: Riwayat Hidup Sang Buddha, Menurut Kanon Pali
Pengarang : Bhikkhu Namamoli
Penerbit : Dharma Prima Niaga
Tahun Terbit : 2019
Tebal Halaman : 888 halaman




Entah sudah berapa banyak buku tentang riwayat hidup Sang Buddha telah disusun dan diterjemahkan ke dalam bahasa yang berbeda-beda. Memang riwayat kehidupan Sang Buddha merupakan cerita yang tidak pernah habis untuk dibahas, karena ada saja sisi yang menarik untuk diceritakan ulang. Satu buku yang kita miliki di rumah yang menceritakan kehidupan Buddha, walaupun dibaca berulang kali pun tidak pernah membosankan.

Begitu juga dengan buku yang baru diterbitkan oleh Dharma Prima Niaga, yang disusun oleh almarhum Bhikkhu Nanamoli. Sebagian isi buku ini pernah diterbitkan oleh Majalah Buddhis dwimingguan Buddha Jayanti (Colombo, 1954-1956), yakni ditulis menjelang perayaan 2.500 tahun wafatnya Sang Buddha. Dua ribu lima ratus tahun adalah setengah dari lima ribu tahun. Seperti yang diramalkan oleh Sang Buddha sendiri, ajarannya hanya akan berlangsung 5.000 tahun. Jadi persis pada periode pertengahannya merupakan titik indikator yang menentukan, apakah ajarannya akan hidup-kembali atau akan semakin terpuruk.

Sekarang apa keunikan buku karangan Bhikkhu Nanamoli ini? Buku ini disusun dari petikan-petikan yang terdapat pada Kanon Pali, yakni yang tercantum pada Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka. Seperti yang kita ketahui, penyusunan naskah dalam masing-masing kitab Tipitaka tidak disusun berdasarkan kronologinya. Jadi jika kita ingin merangkai riwayat kehidupan Buddha dari sejak kelahiran hingga kemangkatannya, petikan-petkan itu mesti dicomot dari kitab yang berbeda-beda.

Agar didapatkan jalan cerita yang enak dibaca, pengarang merangkainya berdasarkan narasi dari beberapa pihak. Untuk maksud tersebut dalam buku ini ada pembagian peran dalam menyusun cerita, yakni pembawa cerita pertama, pembawa cerita kedua, suara pertama, suara kedua, dan penembang. Pembawa cerita pertama adalah orang yang mengerti kejadian dalam Kanon dan berasal dari masa kini, sedangkan pembawa cerita kedua tidak lain pengarang buku komentar Tipitaka. Suara pertama adalah orang yang mengulang pembacaan Sutta Pitaka di Pasamuan Agung yang pertama, yakni Y.M. Ananda. Suara kedua tidak lain orang yang mengulang pembacaan Vinaya Pitaka di Pasamuan yang sama, yakni Y.M. Upali. Sedangkan penembang adalah orang yang membawakan epik ringkas atau epik pendek.

Buku ini terbagi menjadi enam belas bab, yakni: (1) Kelahiran dan Tahun-tahun Awal, (2) Perjuangan Menuju Pencerahan, (3) Sesudah Pencerahan, (4) Tersebarnya Dhamma, (5) Dua Siswa Utama. (6) Anathapindika, Penopang Si Miskin, (7) Pembentukan Sangha Bhikkhuni, (8) Pertengkaran di Kosambi, (9) Akhir dari Dua Puluh Tahun Pertama, (10) Periode Tengah, (11) Sang Tokoh, (12) Ajaran, (13) Devadatta, (14) Usia Tua, (15) Tahun Terakhir, dan (16) Pasamuan Agung Pertama.

Seperti yang kita ketahui, penuturan dalam Kanon memuat banyak pengulangan frasa dan kalimat. Demikian pula dalam naskah yang terdapat pada buku ini, meskipun sudah banyak pengulangan yang dihilangkan. Sesuai dengan naskah aslinya, penyebutan istilah Pali juga telah diminimalisir. Sebutan Bhagava telah diganti menjadi Yang Terberkahi, Tathagata menjadi Yang Sempurna, dan masih banyak lagi. Walaupun demikian dalam Indeks buku ini istilah Pali masih dicantumkan. Penerjemah pun turut menambahkan "Daftar Kata Indonesia-Inggris-Pali" pada bagian akhir buku.

Buku ini dilengkapi pula dengan “Daftar Rujukan ke Kanon Pali”, yang memudahkan para mahasiswa atau para penulis untuk mencari satu petikan yang dirujuk ke Kanon Pali. Istilah kunci dalam bahasa Pali pun sudah diberikan dan banyak pula yang diterangkan secara panjang lebar dalam catatan kaki oleh pengarang sendiri dan oleh para editor, yakni Y.M. Bhikkhu Nyanaponika dan Y.M. Bhikkhu Bodhi.

Buku ini dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang terbiasa membaca Sutta Pali atau mereka yang ingin mencari fakta kehidupan Sang Buddha dari sumber-sumber yang paling tua dan paling otentik. Juga cocok bagi pembaca yang tertarik mempelajari riwayat kehidupan Sang Buddha guna membandingkannya dari buku-buku yang serupa.

Kekurangan dari buku ini adalah keterangan dari pengarang, yang termuat dalam catatan kaki. Seringkali pengarang menurunkan satu akar kata Pali dengan begitu mendetil dan membandingkannya dengan akar kata Pali lainnya. Kemudian apa yang ingin dijelaskan oleh pengarang terkadang tidak mudah dipahami oleh para pembacanya.


resensibuku/riwayathidupsangbuddha-bhikkhunanamoli/sdjn/191201